SECARA teoretis musik dapat memiliki efek relaksasi yang bermanfaat untuk penyembuhan. Pada saat seseorang merasa relaks, dengan mendengarkan musik maka otot-ototnya dalam keadaan tenang sehingga dapat membangkitkan hormon yang menimbulkan perasaan tenang dan nyaman.

"Dalam kondisi seperti ini tentunya dapat mengurangi kecemasan yang biasa terjadi pada pasien dengan sakit berat," ungkap Direktur Minauli Consulting, Irna Minauli, Jumat (17/2/2017).

Namun sebaliknya, sambung Irna, jika kondisi kecemasan yang dirasakan pasien, tentunya ini dapat membahayakan. Sebab akan berpengaruh terhadap organ tubuhnya.

"Misalnya meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah tinggi yang dapat memperparah kondisi penyakit yang diderita," ujarnya.

Musik sebagai terapi sudah banyak diterapkan oleh rumah sakit khususnya untuk pasien yang akan menghadapi operasi. Dengan demikian, pasien tentunya akan lebih tenang dan nyaman dalam menghadapi tindakan medis tersebut.

Irna juga mengapresiasi langkah RSUD dr Pirngadi yang menerapkan musik sebagai salah satu terapi. Tentunya ini merupakan suatu terobosan yang sangat baik.

"Saat ini, pengobatan terhadap pasien harus bersifat komprehensif, dengan menggabungkan beragam pendekatan," sebutnya.

Baiknya, kata Irna, pendekatan untuk proses penyembuhan penyakit tidak hanya pada kondisi fisik semata seperti tindakan medis. Namun juga perlu memperhatikan kondisi psikologis, sosial dan spiritual.

"Musik dapat dikategorikan sebagai bagian dari terapi psikologis. Akan tetapi secara sosial, pasien juga perlu mendapatkan dukungan dari lingkungannya agar mereka dapat melalui masa perawatan. Secara spiritual juga demikian. Pasien juga perlu mendapatkan bimbingan dari ulama sesuai dengan agama yang dianutnya," tandasnya.