MEDAN - Pemerintah Republik Rakyat China (RRC) telah mengakui negaranya dilanda wabah flu burung (H7N9). Berdasarkan data terakhir di Januari 2017, di negara tersebut dilaporkan sebanyak 79 orang telah meninggal dunia dan puluhan ribu unggas turut dimusnahkan. Sebagaimana yang diketahui, virus H7N9 adalah salah satu virus yang paling mematikan dan menurut para peneliti Cina, lebih mudah ditularkan ke manusia dibanding H5N1. Menyikapi ini, Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara mengimbau, agar masyarakat jangan dulu berkunjung ke negeri tirai bambu itu jika memang tidak ada sesuatu hal yang penting. Bila hanya sekadar ingin berwisata, lebih baik mencari negara lain sebagai tujuan.

"Kalau hanya sekadar jalan-jalan, apalagi mendengar China sedang heboh flu burung, supaya mengalihkan ke tempat lain. Lebih baik berwisata di dalam negeri saja, karena bisa meningkatkan pendapatan negara," ungkap Kepala Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan (PMK) Dinas Kesehatan Sumut NG Hikmet, Jumat (17/2/2017) di ruangannya.

Namun bila diharuskan untuk berkunjung ke China, seperti halnya urusan bisnis, Hikmet menjelaskan agar sedapat mungkin stamina tubuh dapat dijaga kebugarannya. Selain itu, bila berada diluar harus senantiasa menggunakan masker.

"Jika stamina fisik prima, maka virus flu burung akan sulit menginfeksi. Tapi tak lupa gunakan juga masker ketika keluar untuk mengantisipasi penularannya," jelasnya.

Sementara itu, untuk antisipasi virus flu burung sampai masuk ke dalam negeri khususnya Sumut, Hikmet, mengatakan Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) baik di pelabuhan Belawan ataupun Bandara Kualanamu sudah tersedia thermal body scan. Alat ini berfungsi untuk memantau suhu tubuh penumpang yang masuk maupun keluar.

Jika ada penumpang yang terpantau suhu tubuhnya mencurigakan, Hikmet menjelaskan maka akan diperiksa di klinik pelabuhan. Selanjutnya, akan dirujuk ke RS Adam Malik dan dilaporkan ke Dinas Kesehatan.

"Setelah itu kita lah yang memantau baik Dinkes Provinsi maupun kabupaten/kota. Kita mengambil spesimen dari pasien lalu dikirim ke Litbangkes, sementara pasien trus dirawat," ujarnya.

Selain itu, Hikmet juga mengatakan, bahwasanya Sumut selama ini selalu siaga penyakit yang dapat mewabah, seperti flu burung, MERS-CoV, maupun SARS. Sistem yang diterapkan berupa Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR), baik tingkat daerah, provinsi, nasional, maupun internasional.

"Jadi standar kesiagaan kita sudah ada, dan selalu di upgrade setiap satu dua tahunnya. Sedangkan untuk flu burung, dalam tiga tahun terakhir, di Sumut tidak ada ditemukan kasus penyakitnya," pungkasnya.