JAKARTA - Pentas musik angklung caruk yang sudah langka bakal kembali mewarnai destinasi Banyuwangi, 24-25 Februari 2017. Iya, angklung, alat music yang dibuat dari bamboo bervariasi ukuran yang menghasilkan tangga nada. Kesenian ini bukan hanya milik Jawa Barat, tetapi rupanya juga ada di ujung timur Pulau Jawa itu. "Nah, saksikan nada-nada angklung caruk di Festival Angklung Caruk Pelajar 2017," promo Menpar Arief Yahya di Jakarta.

Arief Yahya yang Mantan Dirut PT Telkom itu sangat paham akan tradisi Banyuwangi, termasuk alat-alat music tradisinya. Dia memang lahir dan dibesarkan di Kota Gandrung yang lagi happening dalam membangun reputasi daerahnya dengan sentuhan pariwisata itu.

Angklung adalah seni khas Banyuwangi. Para pemainnya terdiri dari 12 sampai 14 orang. Instrumen musik terbuat dari bamboo dan memiliki empat jenis pertunjukan yaitu, angklung caruk, angklung tetak, angklung paglak, dan angklung Blambangan. Ritme musiknya mirip gamelan Bali, cepat, patah-patah, dominasi gendang dan ditambah dengan gending-gending ala Banyuwangi, Jawa Timuran.

"Ini khas Banyuwangi. Yang penasaran, silakan datang ke Banyuwangi. Akan ada banyak atraksi keren yang bisa dinikmati sepanjang 24-25 Februari 2017 itu," tambah Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, yang didampingi Kadispar Banyuwangi, MY Bramuda, Senin (13/2).

Soal kuantitas dan kualitas festival, Banyuwangi memang rajanya. Banyuwangi sudah disematkan gelar "The Best Festival City" di Indonesia oleh Menpar Arief Yahya. Dan tahun ini, Kabupaten di ujung paling timur pulau Jawa ini sudah menyiapkan 72 festival keren.

"Salah satunya Festival Angklung Caruk Pelajar 2017. Di festival ini, kami mengenalkan angklung pada generasi muda. Kami ingin anak muda mencintai kesenian tradisionalnya," sambung Bupati Azwar Anas.

Lantas apa yang istimewa dari Festival Angklung Caruk Pelajar 2017? Warna apa yang menjadi pembeda dengan kesenian angklung pada umumnya? "Angklung Banyuwangi itu khas, dan tidak bisa ditiru daerah lain. Nanti akan ada dua grup musik angklung dalam satu panggung. Dua-duanya adu piawai dan adu kompak dalam memainkan alat musik tradisional Banyuwangi. Biasanya kalau sudah perform, penonton membludak," timpal Kadispar Banyuwangi, MY Bramuda.

Kesenian khas Banyuwangi ini memang punya warna beda. Angklung caruk menggunakan rancakan dimana tempat dudukan dan rancakan menjadi satu. Motifnya? Sangat tak biasa. Ada motif ular naga di atas angklungnya yang manampakkan keindahan dan kegagahannya. "Angklung juga ditambahkan dengan kethuk, gong, slenthem, saron dan kluncing. Jadi ramai," sambung Bramuda.

Yang membuat heboh, satu kelompok angklung caruk yang beranggotakan 12-25 orang beradu kreativitas dengan kelompok lainnya. Keduanya saling beradu tebak gendhing dan kepandaian memainkan alat music berlaras pelog dengan iringan sejumlah tembang Banyuwangian.

Setiap kelompok akan membawakan "larasan" yang menjadi andalan dengan seorang penari pria yang disebut Badut. Setelah selesai dan sesuai kesepakatan, maka kesempatan kelompok lain untuk melakukan hal yang sama.

Pada sesi berikutnya adalah Adol Gending, yaitu saling tebak lagu misalnya kelompok A membawakan ketukan sebuah lagu dan ketukan lagu tersebut ditebak oleh kelompok B. Apabila kelompok B sudah tahu, maka diberi kesempatan memotong dengan cara “ngosek” atau memukul gamelan secara tidak beraturan. Jika hal itu sudak terjadi, maka kelompok A harus menghentikan intrumennya dan memberikan kesempatan kepada kelompok B untuk meneruskan instrumennya.

Jika masih salah maka kelompok A akan mengambil alih kembali dengan “ngosek” kemudian meneruskan hingga tuntas. Ini juga berlaku kepada sang badut, mereka juga beradu variasi tariannya dengan lagu-lagu andalan yang dimiliki kelompoknya.

"Jadi sangat seru. Dalam tempo yang cepat, baik tarian maupun instrumennya tidak boleh ada yang salah. Dan masing-masing kelompok biasaanya membawa supporter. Jadi silakan datang dan tonton keseruan Festival Angklung Caruk di Banyuwangi," ajak Bramuda.

Tidak ada juri secara khusus dan penontonlah yang menentukan dan menilai kelompok mana yang lebih baik. “Sangat susah membayangkan bila tak nonton langsung. Yang pasti sportivitasnya sangat tinggi. Tidak ada yang curang dan tidak ada yang marah walau kurang mendapat respon dari penonton," ucap Bramuda.***