"Yang penting halal". Ungkapan sederhana namun penuh makna. Disaat orang sibuk memburu harta benda dengan segala cara, namun tidak bagi si "Lumpuh" di Kabupaten Batang, Jawa Tengah.

Meski hanya bekerja melipat kertas karton, yang upahnya hanya Rp200 perak perkotak, ia pun tetap bersyukur dan tak pernah mengeluh dengan siapapun.

Dia adalah sosok pria yang selama ini dikenal oleh tetangganya sebagai pekerja keras. Kini hanya bisa duduk bersila dan sesekali selonjoran diruang tamu dalam gubuk sederhana yang ia bangun dengan istrinya.

Masa ia sehat, beragam pekerjaan ia lakoni, mulai mencangkul di sawah, berkebun, kuli panggul, dan beragam pekerjaan kasar lainnya. Semua itu ia lakukan karena sadar akan tanggung jawab sebagai kepala rumah tangga, yang harus menghidupi istri dan kedua anaknya.

Sosok pria tersebut bernama Abdul Wahab. Ya Abdul Wahab memang bukan berasal dari orang berada. Ia hanya bisa mengandalkan otot dan tenaga, demi mendapatkan sesuap makan bagi keluarganya.

Apapun pekerjaanya ia jalani, bahkan setiap tetangganya meminta bantuan, iapun selalu ringan tangan (suka menolong). Abdul Wahab memang dikenal sebagai jiwa pemurah yang tak kenal lelah dan tak mengenal kata pasrah.

Meski hidup pas-pasan, ia tak pernah berkeluh kesah, seakan ia bahagia dan bersyukur dengan semua karunia Allah Taala yang ia terima. Keluarga kecil yang jauh dari kata sederhana, bahkan bisa dikatakan keluarga yang serba berkekurangan itu tampak bahagia.

Namun sesuatu yang tak dinyana dan diduga, menimpa keluarga itu. Sekitar 15 tahun yang lalu, dimana ayah mertuanya meninggal dunia secara mendadak karena jatuh dari pohon melinjo. Abdul Wahab pun menjadi tulang punggung bagi ibu mertua dan adik-adik iparnya.

Musibah kembali terjadi sekitar 10 tahun yang lalu, tepatnya di tahun 2008. Dimana ia pun mengalami musibah kecelakaan saat bekerja mencari nafkah. Kecelakaan tersebut membuat dirinya mulai tak lagi punya asa. Pasalnya kedua kakinya tak lagi bisa digunakan untuk berjalan. Jangankan berjalan atau berdiri, dibuat duduk pun ia kesusahan.

Namun apa yang dikatakan para ulama, Ustaz, kyai dalam berbagai ceramah ia ingat. "Bahwa Allah tidak akan menguji hambanya diluar batas kemampuan umatnya,"

Kata-kata itulah yang muncul dalam benak dan hatinya. Selama beberapa bulan ia mengalami sakit dan proses pengobatan tradisional, dimana sang istri sudah menjadi pengganti kepala keluarga. Otaknya berputar dan hatinya menjerit meminta diberikan kekuatan oleh tuhan, untuk segera sembuh dan kembali bekerja, karena tak tega melihat istrinya itu.

Allah pun mengabulkan doa-doanya, ia kembali sehat dan bisa tersenyum. Hanya saja, kedua kakinya tak lagi kembali seperti semula. Istri Abdul Wahab, yakni Warzatun, tetap semangat penuh kasih, penuh cinta merawat, memandikan dan memberikan makanan apa adanya terhadap sang suami tercinta.

"Meski dia lumpuh, dia adalah bagian dari raga dan jiwa saya," ungkap Warzatun saat bercerita dengan GoNews.co, di kediaman kecilnya, di Desa Gringgingsari, Kecamatan Wonotunggal, Kabupaten Batang.

"Kala sehat susah senang kita lewati bersama. Dan kini aku juga harus turut meraskan penderitaannya. Karena saya yakin, Allah memberikan ujian beserta dengan solusinya," ungkap Warzatun dengan penuh keyakinan.

Sementara itu, ketika GoNews.co berkesempatan bersilaturahmi dengan Abdul Wahab. Dirinya bersedia menceritakan yang ia alami selama ini. Dengan wajah sedih dan linangan air mata, ia pun berharap meski dalam kondisi sakit, anak-anaknya bisa tetap melanjutkan sekolah.

"Anak saya yang besar saat ini di Pesantren, dan yang bungsu masih kelas dua SD," ujarnya kepada GoNews.co, Selasa (14/2/2016) di kediamannya.

"Alhamdulillah meski pas-pasan dan keadaan seperti ini, anak saya masih bisa sekolah," tambahnya, sambil kedua tangannya aktif memainkan tanah liat membuat tungku dapur rumahnya.

Namun meski dengan kondisi seperti itu, dirinya juga tidak menyerah dan tak pernah meminta belas kasihan orang lain. Hanya satu keinginannya, yakni bisa berobat dan kembali beraktifitas normal seperti sediakala.

"Ya saat ini pekerjaan utama saya membuat kotak sarung. Saya terima upah perkotak Rp100 hingga Rp200 perak perkotak. Kalau lagi kuat tenaganya ya sehari bisa dapat sekitar Rp10.000," tukasnya.

"Namun pendapatan segitu ya cukup buat makan sehari-hari saja. Saya hanya ingin berobat supaya kaki saya sembuh, sudah 10 tahun saya lumpuh seperti ini," tambahnya.

Namun dengan kondisi ekonominya saat ini, tak memungkinkan dirinya berobat. Hanya uluran tangan para dermawan yang bisa membantu pengobatan, agar hidupnya kembali seperti sediakala.

Sementara itu, warga sekitar atau para tetangganya juga merasa kasihan dengan beban yang ia emban. Beberapa bulan yang lalu, masyarakat sempat bergotong royong membantu merehab rumahnya dan membuatkannya kamar mandi permanen.

Namun masyarakat sekitar juga kategori masyarakat ekonomi lemah, yang tidak bisa memberikan bantuan pengobatan. Buat anda para dermawan, yang terketuk hatinya untuk membantu saudara kita ini, bisa menyalurkan bantuannya melalui rekening GoNews.co peduli Rek Bank Mandiri 10800. 1272. 1404 dan bisa menghubungi 0812 7466 5660.***