WATAMPONE - Jufri (49), warga Desa Kampuno, Kecamatan Barebbo menggegerkan kampung halamannya terutama sang istri yang bernama, Tati (43). 

Pasalnya, suaminya yang merupakan seorang TKI di Malaysia dan telah dikabarkan meninggal sejak dua tahun lalu itu tiba-tiba turun dari mobil angkutan umum tepat di depan rumahnya.

Sontak saja kejadian tersebut memantik kehebohan keluarga Jufri dan warga Desa Kampuno.

Jurfi adalah TKI yang berangkat ke Malaysia tahun 2012 lalu untuk bekerja di salah satu perusahaan kayu lapis di Kuala Lumpur, Malaysia. Kemudian hilang kontak 2014 lalu hingga berhasil pulang sendiri ke kampung halaman.

Saat ditemui di rumahnya Jufri yang didampingi istrinya bercerita mengenai apa yang terjadi selama dua tahun terkahir terhadap dirinya.

"Saya ke Kuala Lumpur pada tahun 2012 dan Sewaktu mau pulang ke kampung pada tahun 2014 lalu, saya tertinggal kapal di wilayah Batam, uang dan handphone saya hilang. Di sana saya tinggal dan tidur di Masjid selama dua tahun, hingga ada polisi yang memberi saya uang agar bisa pulang. Untuk bertahan hidup di sana saya bekerja sebagai juru parkir yang hasilnya saya belikan makanan sehari-hari," kata Jufri mengawali ceritanya.

Dijelaskan, saat berada di Batam dalam perjalanan pulang itu dia terpisah dari rombongannya, kala itu dia hendak menukar uang Ringgit Malaysia dengan uang Rupiah, namun ada yang mencuri uang dan hanphone-nya, sehingga tidak bisa pulang.

Tanpa memiliki uang, Jufri mencari masjid untuk menginap lalu membantu memarkirkan kendaraan warga agar bisa mendapatkan uang untuk kebutuhan makan sehari-hari. Keadaan itu dilakoninya selama dua tahun lamanya.

"Saya bisa pulang karena ada polisi di sana yang memberikan saya uang sebanyak satu juta rupiah, uang itu saya belikan tiket ke Makassar seharga Rp900 ribu, dan bayar mobil angkutan umum ke rumah saya di Bone, selebihnya biaya makan selama perjalanan," kata Jufri yang enggan menyebutkan identitas polisi yang membantunya tersebut.

Sementara Tati mengatakan meyakini suaminya masih hidup kendati hilang kontak selama dua tahun.

Menurut Tati, banyak informasi yang sampai kepadanya mengenai suaminya, ada yang menyampaikan telah ditangkap polisi Malaysia, hingga telah meninggal dunia, namun dia enggan 'berkabung' atau membuatkan nisan pusara untuk suaminya.

"Saya jelas kaget, waktu itu sekitar habis Zuhur dia datang. Awalnya saya kira penjual obat yang singgah, setelah saya perhatikan itu suami saya dan saya menangis terharu. Banyak tetangga dan keluarga juga yang datang untuk memastikan karena tidak percaya kalau yang datang adalah Jufri," kata Tati.

Saat suaminya datang, lanjut Tati hanya membawa selembar pakaian yang melekat di badannya dan selembar uang Rp 2 ribu yang digenggamnya. Kondisi suaminya memprihatinkan badannya gemetar karena kelaparan saat itu.

Kondisi kesehatan Jufri juga memburuk, kata dia. Sebelum berangkat ke Malaysia, Jufri adalah sosok yang aktif dan periang.

"Namun setelah kembali terlihat murung dan tutur katanya tidak jelas," pungkasnya. (snd)