MEDAN - Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) kembali mewisudakan 1.369 lulusan periode November 2016 - Januari 2017 dalam Rapat Senat Terbuka di gedung AAC Dayan Dawood Unsyiah, Rabu (8/2/2017). Wisuda kali ini dilaksanakan dua tahap selama dua hari. Sebanyak 690 orang diwisuda pada hari ini, sementara, 679 orang lainnya akan diwisuda pada Kamis (9/2/2017). Rektor Unsyiah, Prof Dr Ir Samsul Rizal MEng dalam siaran persnya yang diterima redaksi GoSumut mengatakan, Unsyiah mengapresiasi 38 lulusan dengan tingkat yudisium cumlaude. Kini jumlah lulusan Unsyiah kian bertambah dari berbagai jenjang pendidikan sebanyak 111.595 orang.

“Namun selalu ada kebahagiaan tersendiri ketika kami berdiri di sini untuk menyalami satu per satu para wisudawan, meskipun kejadian ini berulang empat kali selama setahun,” ucapnya.

Prof Samsul menjelaskan, di sisi lain setiap tahun Unsyiah melakukan proses seleksi penerimaan mahasiswa yang cukup ketat untuk menjunjung tinggi prinsip kejujuran. Unsyiah yakin bahwa proses kejujuran ini merupakan pendidikan awal untuk calon mahasiswa.

“Karena kejujuran adalah nilai yang paling menentukan untuk menjadikan mereka sukses di masa depan. Sementara kecurangan, cepat atau lambat akan membawa malapetaka,” katanya.

Ia melanjutkan, menurut Prof Aik Kwang dari University of Queensland, Australia, orang-orang Asia cenderung mengira bahwa kesuksesan dan kebahagiaan hanya diukur oleh banyaknya materi yang dimiliki. Oleh karena itu, mereka mengira banyaknya materi yang dikumpulkan jauh lebih penting daripada cara mengumpulkannya.

“Cara berfikir seperti inilah yang menjadikan orang menjadi tamak dan loba, serta menepikan kejujuran untuk menghalalkan berbagai cara demi mencapai tujuan mereka,” ketusnya.

Di Indonesia, kata dia, kejujuran masih relatif langka, sehingga praktek korupsi di Indonesia masih tinggi. “Untuk mengatasi hal itu, Unsyiah selama ini menanamkan tiga filosofi untuk membangun generasi yang cemerlang, yaitu kejujuran, keikhlasan, dan kebersamaan,” sebutnya.

Makanya, Unsyiah selalu menggalakkan kegiatan-kegiatan kemahasiswaan dan keagamaan melalui Unit Program Pendamping Pendidikan Agama Islam (UP3AI) guna mewujudkan ketiga filosofi itu.

“UP3AI adalah salah satu program unggulan untuk mencetak lulusan yang bukan saja punya kompetensi keilmuan, namun juga memiliki karakter kejujuran yang berbasis pada Al-Quran," jelasnya.

Unsyiah, ungkapnya, juga sangat percaya bahwa Indonesia butuh lebih banyak orang jujur untuk membangun negeri, dibandingkan orang pintar yang oportunis dan hanya mementingkan kepentingan diri sendiri. /rel