JAKARTA - Pembicaraan Presiden keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dengan Ketua Majelis Ulama Indonesia KH Ma'ruf Amin diduga disadap. Dugaan itu muncul setelah terdakwa penistaan agama Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok menuduh Kiai Ma'ruf melakukan pembicaraan dengan SBY sebelum mengeluarkan fatwa tentang penistaan agama oleh Ahok.

Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto, menilai, sebenarnya bila penyadapan dilakukan untuk tujuan yang baik, tak masalah.

"Sebetulnya itu kan kalau memang kita niatnya baik kita lakukan semua dalam koridor Pancasila dan koridor bakti, bekerja semua untuk rakyat dan bangsa dan kita tidak melanggar hukum sebetulnya disadap juga enggak apa-apa," kata Prabowo di DPP Partai Gerindra, Jalan RM Harsono, Ragunan, Pasar Minggu, Senin (6/2).

Di zaman ini, kata dia, semua orang pasti saling melakukan penyadapan. Apalagi mereka yang memiliki kekuasaan.

"Karena pasti semua orang menyadap semua orang kalau di zaman sekarang. Yang punya kekuasaan pasti nyadap, ya kan?" ujar Prabowo.

Dia juga menyebutkan penyadapan tak hanya soal antarindividu, antarnegara tak jarang ada yang melakukan penyadapan. Dia pribadi tak menyinggung apakah pernah disadap tau tidak, namun Prabowo mengaku akan tahu bila disadap.

"Semua negara nyadap, ya kita kalau bicara yang benar ya enggak apa-apa. Saya tahu kalau saya juga disadap," ungkapnya.

Dia berpesan, di era seperti ini, seharusnya semua anak bangsa saling berpegangan tangan. Bukan saling menyudutkan untuk menjatuhkan.

"Kalau menurut saya condong masyarakat kita ini selalu mau menghardik temen sendiri, menghardik bangsa sendiri. Untuk apa sih? Kita semua ini kan semua dalam satu kapal. Mari kita sama-sama," tutur Prabowo.

"Berkuasa ini amanah, itu ada saatnya naik ada saatnya turun. Enggak usah terlalu dibuat tegang begitu, maunya saya, maunya kita baik baik aja sih. Jangan suka mencela jangan suka mencari jangan suka maki-makilah," tutup Prabowo.***