MEDAN - Daya beli petani Sumatera Utara (Sumut) kembali melorot di awal tahun 2017. Data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, daya beli yang tercermin dalam Nilai Tukar Petani (NTP) melorot 1,21% dari 101,56 di Desember 2016 menjadi 100,33. Penurunan ini disebabkan turunnya NTP pada subsektor tanaman pangan (padi dan palawija) sebesar 1,47% dari 98,33 menjadi 96,88.

"Penurunan juga terjadi di subsektor hortikultura sebesar 1,35 persen dari 98,88 menjadi 97,55. Selain itu, NTP tanaman perkebunan rakyat juga turun 0,99 persen menjadi 98,49 dari Desember 2016 sebesar 99,47. Susektor peternakan juga turun 1,38 persen dari 112,17 menjadi 110,62," kata Kepala BPS Sumut Syech Suhaimi di Medan.

Di Januari 2017, kata dia, hanya NTP subsektor perikanan yang kinerjanya lumayan dan bisa mencatatkan kenaikan 0,42% dari 102,30 menjadi 102,72. Penurunan NTP disebabkan oleh kenaikan indeks harga hasil produksi pertanian lebih rendah jika dibandingkan dengan kenaikan indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga maupun untuk keperluan produksi pertanian.

Sementara itu, pada Januari 2017, terjadi inflasi perdesaan di Sumut sebesar 0,49%. Hal ini disebabkan kenaikan semua indeks kelompok konsumsi rumah tangga yakni kelompok bahan makanan sebesar 0,35%, indeks kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,13%.

Kemudian, indeks kelompok perumahan sebesar 1,74%, indeks kelompok sandang sebesar 0,3%, indeks kelompok kesehatan sebesar 0,55%, indeks kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar 1,02% dan indeks kelompok transportasi dan komunikasi sebesar 0,6%.

Pengamat pertanian Sumut Syahri Syawal Harahap mengatakan, melorotnya daya beli petani Sumut di awal tahun harus menjadi perhatian serius pemerintah, baik pusat maupun Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (Pemprovsu).

"Perbaikan infrastruktur pertanian harus diprioritaskan tahun ini. Karena itu akan bisa membantu petani untuk mendorong produksinya. Kalau bantuan berupa bibit dan pupuk, juga bisa tetap dilakukan. Hanya saja, jika hal itu tidak diimbangi dengan perbaikan infrastruktur, akan sangat sedikit terlihat hasilnya," katanya.

Menurutnya, perlakuan ke semua subsektor harus merata. Karena semua memiliki potensi pengembangan yang besar.

Terlebih Sumut, masih mengandalkan sektor pertanian dalam mencapai pertumbuhan ekonomi. Sehingga perlu tindakan konkrit dan bukan hanya perencanaan.