MEDAN - Saat ini, anti difteri serum (ADS) untuk mengobati penyakit difteri (infeksi tenggorokan) sangat langka di Indonesia. Di Kementerian Kesehatan sendiri hanya tersisa sebanyak 50 serum. Demikian dikatakan Kepala Bidang Pelayanan Masalah Kesehatan (PMK) Dinas Kesehatan Sumatera Utara (Sumut), N.G Hikmet, Rabu (1/2/2017) di ruang kerjanya.

Kelangkaan ini, sebut dia, disebabkan karena penyakit yang disebabkan bakteri corynebacterium diphtheriae sudah sangat jarang terjadi di Indonesia. 

"Penyakit difteri sudah hampir tidak ada. Tiba-tiba muncul beberapa tahun lalu di Surabaya. Terakhir dua anak asal Aceh dan dirawat di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Haji Adam Malik," terangnya.

Penyakit yang diawali gejala demam dan susah menelan ini kerap terjadi di tahun 80an. Menurutnya, karena penyakitnya sudah langka, permintaan serum pun hanya sedikit. 

"Serum itu hanya ada di Norwegia. Saat ini, pengadaannya juga sulit. Beberapa pabrik di Indonesia sudah tidak memproduksi lagi. Mau kita adakan pun masih sulit," jelasnya.

Ia menuturkan, harga ADS juga sangat mahal karena asalnya dari luar negeri. Jika diadakan dan bekerja sama dengan pabrik serum di Indonesia, akan kesulitan karena mahalnya biaya produksi dan masalah konsistensi.

"ADS berbeda dengan vaksinasi DPT. Serum ini sangat diperlukan dan harus diberikan ketika pasien memang sudah terinfeksi difteri. Kalau vaksin DPT masih rutin diberikan pemerintah," jelasnya.

Sebelumnya, Kepala Sub Bagian Humas RSUP H Adam Malik, Masahadat Ginting menambahkan difteri sudah jarang terjadi di Indonesia. Kasusnya sering menginfeksi masyarakat di era 80an. Pihaknya baru kali ini menangani penyakit tersebut.

"Dua pasien difteri yang dirawat di RSUP H Adam Malik pun bukan warga Sumut. Penyakit ini kembali lagi muncul setelah sebelumnya terjadi di Surabaya," ungkapnya.