MEDAN - Merajut merupakan keterampilan yang membutuhkan kesabaran dan ketelitian. Biasanya, keterampilan ini banyak dikerjakan oleh para ibu rumah tangga. Sebab itulah, sekelompok ibu rumah tangga di Kampung Aur yang tergabung dalam Gerakan Mamak Rajut Sungai Deli (GEMARSUDE) mengembangkan hobi merajut ini. Ada banyak yang bisa dihasilkan dari keterampilan ini. Misalkan tas, dompet, alas meja, pakaian bayi, ataupun yang lainnya.

Adalah Lolo Roma Chan dan Badriah dari Yayasan Fajar Sejahtera Indonesia (YAFSI) yang memberikan pelatihan bagi puluhan ibu-ibu agar memiliki kreativitas. Semuanya mereka kerjakan di pinggir Sungai Deli, Jalan Kampung Aur, Kelurahan Aur, Kecamatan Medan Maimun, saat urusan rumah sudah beres.

"Tujuannya untuk meningkatkan kreatifitas kaum ibu di Kampung Aur, agar berpotensi untuk kesejahteraan masyarakat. Hasil dari kerajinan ini nantinya akan dijual, baik melalui online maupun door to door," ucap Ketua GEMARSUDE, Arsini, Rabu (1/2/2017). Kegiatan merajut ini, sebut Arsini, diawali dengan banyaknya ibu rumah tangga di Kampung Aur yang gemar merajut. Bahkan, aktivitas ini sudah berlangsung setengah tahun terakhir.

"Nah kebetulan di Kampung Aur sedang marak kegiatan anak-anak Sungai Deli yang tergabung dalam Labusude, Laskar Bocah Sungai Deli. Dan disitulah mulai tercetus kegiatan merajut ini, hingga akhirnya terbentuk GEMARSUDE," ujarnya.

Menurutnya, hasil karya warga ini ditawarkan dengan harga yang bervariasi dan ini tergantung dari tingkat kesulitan ketika membuat kerajinan tangan ini.

"Harganya mulai dari Rp 150 ribu hingga Rp 550 ribu per satuannya. Untuk pemasaran, kita masih mengandalkan pemasaran online disamping jemput bola dengan langsung menawarkan ke konsumen," ujarnya.

Sementara itu, salah seorang pengurus dari Yayasan Fajar Sejahtera Indonesia (YAFSI), Badriah menyebutkan, kegiatan pelatihan merajut ini merupakan program YAFSI untuk melakukan pemberdayaan kepada perempuan di Kampung Aur.

"Ini pertamanya dari workshop merajut di Kampung Aur, kemudian dilanjuti dengan kegiatan merajut yang semuanya difasilitasi dari YAFSI termasuk menyediakan tutornya," jelas Badriah.

Kerajinan tangan yang diajarkannya ini, selain otodidak, mereka juga memanfaatkan internet dan buku sebagai referensi. “Kalau buat sepatu belajar dari guru di Bogor,” timpal pengurus YAFSI lainnya, Lolo.