JAKARTA - PT Pertamina (Persero) memutuskan untuk membangun sendiri proyek penambahan Kilang Balongan dan Kilang Dumai.

Seperti diketahui, Saudi Aramco sebelumnya berkomitmen untuk terlibat dalam tiga proyek penambahan kapasitas kilang yakni Kilang Cilacap, Kilang Dumai dan Kilang Balongan.

Ternyata, hanya Kilang Cilacap saja yang diteruskan dan Saudi Aramco mempercepat proyek dari target semula untuk menyelesaikan Kilang Cilacap pada Desember 2022 menjadi 2021.

Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Pertamina Rachmad Hardadi mengatakan, pada dua proyek penambahan kapasitas kilang yakni Kilang Balongan dan Kilang Dumai, pihaknya memutuskan untuk mengerjakannya sendiri seperti halnya pada Kilang Balikpapan.

Proyek penambahan kapasitas kilang harus berjalan secara paralel karena dapat mempengaruhi kinerja masing-masing kilang. Sebagai contoh, Rachmad menyebutkan Kilang Balongan harus segera dibangun sebelum Kilang Balikpapan selesai. Kilang Balikpapan selama ini menyuplai nafta ke Kilang Balongan.

Bila penambahan kapasitas Kilang Balikpapan selesai terlebih dahulu, Rachman  mengatakan ketika proyek selesai tidak saja kapasitasnya yang bertambah tapi juga menambah kemampuan kilang menyuling minyak. Kemampuan kilang menyuling minyak diukur dari nelson complexity index atau NCI.

Semakin besar angka NCI, semakin efisien sebuah kilang beroperasi yang dilihat dari produk yang dihasilkan. Sementara, semakin rendah nilai oktan produk yang dihasilkan, semakin efisien kinerja kilangnya.

Nafta merupakan salah satu produk keluaran kilang tingkat rendah yang mengandung nilai oktan tinggi. Naphtha digunakan dalam industri petrokimia juga sebagai bahan pelarut. Untuk diubah menjadi premium misalnya, naphtha harus diolah kembali dan dicampur dengan High Octane Mogas Component (HOMC).

Di sisi lain, nilai investasi kedua kilang tersebut bisa disesuaikan. Seperti Kilang Balongan yang semula membutuhkan investasi sebesar US$2,7 miliar menjadi US$1,2 miliar di tahap pertama. Sementara, untuk membangun Kilang Dumai, pihaknya masih menghitung investasi yang dikeluarkan.

Sebelumnya, penambahan kapasitas Kilang Dumai membutuhkan dana US$4,2 miliar. Sementara, proyek Kilang Dumai digeser menjadi 2024 penyelesaiannya karena faktor finansial dan terbangunnya tangki agar bisa mengolah minyak dari daerah lainnya.

"Balongan akan dijalankan medio Februari, 100 persen Pertamina tapi akan cari pendanaan dengan partner," ucap  Rachmad dalam jumpa pers di Jakarta, Senin 30 Januari 2017 seperti dikutip dari Bisnis.com.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto mengatakan berdasarkan jadwal,  licensor untuk Kilang Cilacap ditargetkan tuntas pada akhir kuartal I/2017, sedangkan Kilang Tuban selesai pada akhir kuartal II/2017.

Saat ini, Pertamina  sedang menyelesaikan proses kaijan kelayakan perbankan atau bankable feasibility study (BFS) dan pengurusan perizinan analisis dampak lingkungan (Amdal) Kilang Tuban yang ditargetkan selesai pada Juni 2017.

Pada proyek Kilang Cilacap, tengah dalam proses penyelesaian basic engineering design (BED) yang ditargetkan pada Maret 2017, sedangkan Amdal selesai pada Juli 2017. Saat proyek penambahan kapasitas selesai, Kilang Cilacap akan meningkatkan kapasitas pengolahan kilang sebesar 15 persen menjadi 400.000 bph dengan output gasoline sebanyak 80.000 bph, diesel sebanyak 80.000 bph dan tambahan Avtur 30.000 bph.

Kilang Balikpapan meningkat kapasitas pengolahannya sebesar 38,5 persen menjadi 360.000 bph dengan produksi tambahan 80.000 bph gasoline, 70.000 bph diesel, dan 30.000 bph Avtur. Sementara, Kilang Tuban akan memproduksi 90.000 bph gasoline, 100.000 bph diesel dan 30.000 Avtur serta Kilang Balongan dari 240.000 bph, 220.000 bph di antaranya akan menghasilkan gasoline dan diesel series.

"Kilang Cilacap akan dilakukan groundbreaking pada kuartal IV, sedangkan Kilang Tuban groundbreaking akan dilaksanakan pada kuartal III, dan yang paling cepat dilakukan groundbreaking adalah Kilang Balikpapan yaitu pada kuartal I tahun ini," kata Dwi. ***