JAKARTA - Pernyataan sekretaris Dewan Syuro Front Pembela Islam (FPI) DPD DKI Jakarta, Novel Chaidir Hasan Bamukmin, yang menginginkan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) dibubarkan, mendapat tanggapan dari politisi Ruhut Sitompul.

Menurut Ruhut, FPI yang pantas dibubarkan bukan PDI-P. Alasannya, banyak tuntutan FPI yang disebut mantan petinggi Partai Demokrat ini, tidak masuk akal dan terlalu mengada-ada.

"FPI itu banyak mimpinya. Ingat Indonesia negara Pancasila. Dia mau suruh PDI-P bubar, yang ada dia sebentar lagi yang bubar," kata Ruhut, Sabtu (28/1/2017) malam.

Sebelumnya, Politisi PDI-P Arteria Dahlan juga menyebut pernyataan Habib Novel tidak logis, lantaran partai berlambang banteng moncong putih itu sebagai partai terbesar dalam Pemilu yang dipilih langsung oleh rakyat, sangat tidak mungkin untuk dibubarkan.

"Kalau kita bicara normatif, itu kan gak logis. Kenapa tidak logis ? bahwa PDI Perjuangan ini kan Partai Politik pemenang Pemilu. Artinya mayoritas rakyat ternyata memilih kita. Logika sederhananya, orang pemenang pemilu kok dibubarkan," ujar Arteria, Kamis (26/1/2017).

Isu pembubaran PDI-P ini berawal dari pidato kebangsaan Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri di acara peringatan hari ulang tahun PDI-P ke-44, di Jakarta Convention Center, Jakarta, Selasa (10/1/2017) lalu, yang dianggap Habib Novel sebagai bentuk penghinaan terhadap Islam dan ulama serta etnis Arab.

"Secara sistematis dalam ultah PDI-P Megawati menghina Islam dan ulama serta etnis Arab," tegas Habib Novel seperti dikutip GoNews.co dari Netralnews.com, Selasa (24/1/2017).

Ditambahkannya, pidato Megawati dapat menimbulkan gesekan dan perpecahan antar umat dan etnis. Karena itu, Ia menyerukan agar PDI-P dibubarkan.

"Berbahaya, menimbulkan gesekan dan perpecahan antar umat Islam, antar umat beragama di Indonesia, antar etnis, bahkan antar bangsa. Karena itu (PDI-P) harus dibubarkan. Dan di beberapa survey memang PDI-P yang harus dibubarin," tegasnya. ***