MEDAN - Dua pasien suspect difteri (infeksi tenggorokan) asal Provinsi Aceh masih mendapatkan perawatan di ruang infeksius RSUP H Adam Malik Medan. Kasubbag Humas RSUP H Adam Malik Medan, M Ginting melalui Stafnya, Khairul, Rabu (25/1/2017) menyebutkan, pasien berinisial ABSL, 15, masih belum bisa mengonsumsi makanan, dan hanya bisa mengonsumsi susu. Hal itu dikarenakan anak bungsu dari 3 bersaudara itu, masih belum bisa membuka mulut seperti biasa. Bahkan, untuk berbicara saja, ABSL belum bisa. Oleh karena itu, tubuh remaja yang duduk di kelas 1 Madrasah Aliyah itu, mengurus.

"Meski begitu, berdasarkan keterangan orang tuanya, kondisi ABSL sudah mulai membaik. Sakit kepalanya berkurang dan demamnya juga sudah menurun," ujar Khairul. 

Sebagai upaya pencegahan dugaan difteri menyebar, ABSL harus disuntik vaksin HDS. Ditambah dengan suntikan antibiotik 2 kali sehari, hingga 10 hari ke depan. Begitu juga dengan beberapa obat, harus dikonsumsi ABSL setiap hari, meski kondisinya sulit menelan.

Terjangkitnya suspect diferti ini, menurut informasi dari orangtua pasien, mereka tidak mengetahuinya. Disebut Khairul kalau orang tua ABSL mendapat telepon dari ABSL pada Senin (16/1/2017), mengatakan hendak ke Medan untuk mengikuti olimpiade matematika di UNIMED. Namun, pada Rabu (18/1/2017), orang tua ABSL ditelepon oleh seorang Guru tempat ABSL sekolah, mengatakan kalau ABSL masuk rumah Sakit Graha Bunda di Aceh.

"Oleh karena itu ibu dari ABSL berangkat ke Aceh. Setelah 2 hari dirawat di Rumah Sakit di Aceh, ternyata ABSL dinyatakan agar dirujuk dan orangtua ABSL memilih dirujuk ke sini pada Jumat (21/1/2017), " ujar Khairul melanjutkan.

Sementara untuk kondisi MAA, yang juga supect difteri, sedang dirawat di ruangan infeksius RSUP H Adam Malik Medan, dan kondisinya kian membaik. 

Menurut Khairul, pasien berinisial MAA sudah bisa makan, walau hanya makan bubur. Begitu juga dengan berbicara, MAA sudah mulai bisa. Tim medis, kata Khairul, sudah memberikan suntik vaksin difteri dan antibiotik 2 kali sehari selama 10 hari ke depan. Begitu juga dengan beberapa obat, MAA juga harus mengonsumsinya.

"Badannya yang sempat mengurus juga sudah naik lagi. Sakit kepala dan demam juga sudah jauh menurun, berdasarkan keterangan orangtuanya," jelasnya.

Sejauh ini, sambung Khairul, pihaknya masih menunggu hasil lengkap pemeriksaan kedua pasien suspect difteri dari Kementerian Kesehatan RI. "Hasil lab kita sudah keluar, diagnosisnya suspect difteri. Makanya kita masih menunggu hasil dari kemenkes agar bisa kita combine (kombinasikan) dengan hasil kita," tandasnya.