LHOKSEUMAWE - Nelayan di Kota Lhokseumawe keluhkan kekurangan es batangan yang digunakan untuk pendinginan ikan saat melaut. Untuk mencukupi kebutuhannya, para nelayan terpaksa membeli ke daerah lain.

Panglima Laot (laut) Pusong, Rusli Yusuf, mengatakan, akibat tidak tersedianya es yang memadai, membuat nelayan harus lebih banyak mengeluarkan biaya untuk membeli ke daerah tetangga. 

“Setiap harinya kami terpaksa membeli es dari daerah lain, karena pabrik es yang ada di sini tidak mampu memproduksinya dalam kapasitas banyak. Akibatnya biaya yang dikeluarkan pun cukup tinggi,” ujar Rusli, Selasa (24/1/2017).

Baca

Pencuci Kapal Nelayan Peroleh Penghasilan Hingga Rp800 Ribu

Rusli menambahkan, setiap harinya, nelayan memesan es batangan dari Belawan, Provinsi Sumatera Utara, Pidie dan beberapa daerah lainnya yang memproduksi es dalam kapasitas banyak.

Apabila es dapat diperoleh di daerah sendiri, katanya, maka sangat membantu para nelayan. Es batangan tersebut merupakan hal yang sangat pokok bagi nelayan. Karena itu Ia berharap pemerintah daerah menanggapinya.

Baca

Terkena Timah Pancing, Nelayan Sabang Dievakuasi ke Banda Aceh

"Kalau seandainya di Kota Lhokseumawe ada pabrik es dalam kapasitas besar, maka nelayan tidak perlu lagi pesan es batangan tersebut dari daerah lain. Selain menghemat biaya,juga lebih efisien," tutur Rusli.

Tahun 2009 lalu,  Pemerintah Kota Lhokseumawe pernah membangun pabrik es dalam kapasitas besar di kawasan Tempat Pendaratan Ikan (TPI) Pusong, Kecamatan Banda Sakti.

Biaya yang dikeluarkan saat membangun pabrik tersebut mencapai Rp30 miliar, namun sekarang menjadi besi tua dan terbengkalai karena tidak dikelola dengan baik. Pada saat pabrik itu masih beroperasi, para nelayan tidak perlu memasan es batangan dari daerah lain.