WASHINGTON - Pengusaha Harry Tanoesoedibjo mengatakan masih terlalu pagi memutuskan akan bertarung atau tidak dalam pemilu tahun 2019. Hal ini disampaikannya kepada wartawan VOA Eva Mazrieva dalam wawancara pada akhir pelantikan Presiden Donald Trump, Jumat siang (20/1/2017).

Di antara ratusan ribu warga yang menghadiri pelantikan Presiden Donald Trump di Capitol Hill, ada sejumlah teman dan mitra bisnis miliarder itu, antara lain pengusaha Indonesia Harry Tanoesoedibjo.

Presiden komisioner Media Nusantara Citra MNC yang membawahi empat stasiun televisi berskala nasional itu mengatakan diundang untuk mengikuti seluruh acara, mulai dari konser hingga pesta pelantikan.

"Saya diundang dalam kapasitas sebagai partner karena ada proyek yang kita kerjakan di Bogor dan Bali. Saya diundang di semua acara, mulai dari kemarin di welcome concert, swearing in, parade, dinner dan after party," jelasnya.

Harry Tanoe, panggilan akrab pengusaha terkaya ke-29 di dunia versi majalah Forbes itu, menampik anggapan bahwa bahwa kehadirannya atau bisnis yang dijalinnya sejak lama dengan Donald Trump akan memicu konflik kepentingan.

"Saya rasa tidak karena kerjasama ini sudah terjadi sejak ia belum mencalonkan diri sebagai calon presiden, kecuali jika ketika itu ia sudah mencalonkan diri sebagai presiden atau memenangkan pemilu dan baru dirancang kerjasama baru, nah itu baru ada konflik kepentingan. Apalagi beliau memutuskan anak-anaknya yang akan melanjutkan bisnisnya. Sejak jadi presiden pun ia sudah memutuskan tidak ada bisnis baru yang dilakukan oleh organisasi Trump," tambahnya.

Dalam wawancara dengan kantor berita Reuters sehari sebelumnya, Harry Tanoesoedibjo mengatakan telah menandatangani kesepakatan bisnis dengan Donald Trump pada awal 2015 atau jauh sebelum pemilu Amerika.

Kesepakatan itu mencakup pembangunan dua resort di Bogor dan Bali, yang akan dikelola oleh Trump Hotel Collection, yang berada di bawah payung Trump Organization.

MNC telah menanamkan investasi antara 500 juta hingga satu miliar dolar untuk pembangunan kedua resor yang diperkirakan akan siap beroperasi pada awal tahun 2019.

"Kami tidak menambah satu proyek baru pun ketika Trump memutuskan akan bertarung dalam pemilu. Jadi saya rasa tidak ada konflik kepentingan disini," ujar Harry Tanoe kepada Reuters hari Rabu (18/1) dan ditegaskannya kembali pada VOA hari Jumat (20/1).

Selain berbisnis Harry Tanoesoedibjo juga terjun ke dunia politik. Ia pernah bergabung dengan Partai Nasdem pada Oktober 2011, sebelum mengundurkan diri dua tahun kemudian karena perbedaan pandangan mengenai struktur kepengurusan partai.

Ia kemudian sempat menjadi anggota Partai Hanura dan berpasangan dengan Wiranto sebagai calon wakil presiden pada pemilu tahun 2014.

Namun setahun kemudian, tepatnya pada 7 Februari 2015, pengusaha ini mengumumkan partai politik baru yaitu Partai Persatuan Indonesia atau Perindo.

Meskipun memiliki pengalaman bisnis dan politik yang cukup lengkap, Harry Tanoe mengatakan terlalu pagi untuk memutuskan apakah ia akan kembali ikut bertarung pada pemilu 2019.

"Indonesia memerlukan pemimpin yang mengerti dan bisa menyelesaikan masalah. Memberi solusi bagaimana tingkat perekonomian bisa tumbuh pesat tapi pada saat bersamaan tidak menambah kesenjangan sosial. Jadi artinya masyarakat bawah bisa terangkat kesejahteraannya. Kemudian bagaiman mempercepat pendidikan, meningkatkan lapangan kerja, apalagi karena kita memiliki angkatan kerja muda yang besar dan perlu lapangan kerja. Pemberantasan korupsi, penegakan hukum, melawan narkoba, juga pertahanan keamanan. Kalau saya melihat ada calon pemimpin pada 2019 yang mampu meyakinkan bisa mengatasi hal tadi, saya lebih baik mendukung yang bersangkutan. Tapi jika tidak ada, mungkin saya akan maju. Jadi terlalu pagi untuk memutuskan sekarang. Mungkin pada semester kedua tahun 2018 saya baru memutuskan akan maju atau tidak," paparnya.

Harry Tanoesoedibjo akan berada di Amerika hingga akhir pekan ini sebelum bertolak kembali ke tanah air. (tnc)