MEDAN-Sepanjang tahun 2016, ada beberapa hal yang menjadi topik perbincangan dan perlu mendapat perhatian dari semua kalangan. Salah satu topik perbincangan sepanjang tahun 2016 adalah tentang penerimaan peserta didik baru (PPDB) yang diduga sarat dengan berbagai kepentingan.

Lupakan berbagai persoalan yang terjadi terkait dengan PPDB 2016, karena peserta didiknya sudah belajar dan mengikuti ujian semester. Yang perlu kita lakukan adalah evaluasi terhadap berbagai persoalan yang menimpa permasalahan di dunia pendidikan.

Anggota DPRD Medan sempat melakukan inspeksi mendadak terhadap beberapa sekolah negeri yang menerima peserta didik baru yang diduga menerima ‘sesuatu’ saat peserta didik mendaftar ke sekolah tersebut.

Mencuatnya permasalahan penerimaan peserta didik baru ini, Anggota DPRD Sumut Sutrisno Pangaribuan dan Anggota DPRD Medan Wong Chun Sen Tarigan sempat berkomentar beberapa kali di berbagai media terkait dengan PPDB 2016 yang diduga sarat dengan berbagai kepentingan.

Komentar yang terlontar berlalu begitu saja, setiap kali musim PPDB yang namanya titip menitip anak ke sekolah negeri seperti sudah hal yang sangat biasa.

Menyikapi hal ini, ada banyak hal yang perlu kita benahi. Hal utama yang paling perlu dibenahi adalah karakter. Karena karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.

Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat.

Memasuki tahun 2017, dunia pendidikan kita harus mengutamakan betapa pentingnya pendidikan karakter. Semua guru bidang studi memiliki tanggungjawab untuk meng-estafetkan perilaku jujur, bertanggungjawab dan percaya pada kemampuan diri sendiri. Pembentukan karakter merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional.

Pasal I UU Sisdiknas tahun 2003 menyatakan bahwa di antara tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian dan akhlak mulia. 

Pendidikan yang bertujuan melahirkan insan cerdas dan berkarakter kuat itu, juga pernah dikatakan Dr. Martin Luther King, yakni; intelligence plus character... that is the goal of true education (kecerdasan yang berkarakter... adalah tujuan akhir pendidikan yang sebenarnya). 

Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action). Menurut Thomas Lickona, tanpa ketiga aspek ini, maka pendidikan karakter tidak akan efektif.

Dengan pendidikan karakter yang diterapkan secara sistematis dan berkelanjutan, seorang anak akan menjadi cerdas emosinya. Kecerdasan emosi ini adalah bekal penting dalam mempersiapkan anak menyongsong masa depan, karena seseorang akan lebih mudah dan berhasil menghadapi segala macam tantangan kehidupan, termasuk tantangan untuk berhasil secara akademis.