PADANG LAWAS - Meskipun tantangannya cukup berat yaitu tidak tidur dimalam hari, Sumardi (60) warga Sibuhuan Jae penjual minuman bandrek Palas ini, mengaku bisa menyetorkan uang bersih kerumah sebesar Rp 500 ribu setiap malamnya. Dengan modal Rp 800 ribu setiap harinya, ia bisa mempekerjakan karyawan sebanyak empat orang dengan system dua shif. Shif pertama ia dibantu dua orang perempuan yang masih duduk sekolah, jam kerjanya mulai maghrib sampai pukul 23.00 Wib. Shif kedua dilanjutkan dengan dibantu dua orang karyawan laki-laki mulai pukul 23.00 wib hingga menjelang waktu subuh pagi.

“Beginilah nak, kalau sifatnya mencari uang yang halal sebagai kebutuhan istri dan ketujuh anak saya setiap harinya,”ungkapnya kepada GoSumut Senin (19/12/2016). Sebagai penjual minuman bandrek sudah ia tekuni selama 8 tahun yang lalu.

Dahulunya, ia hanya seorang supir truk yang dimiliki Baginda Paruluhutan. Akibat ketidak sesuain penghasilannya dengan kebutuhan, maka beralih profesi sebagai penjual bandrek di dekat Sirpang empat pasar sibuhuan ataupun dipusat pasat sibuhuan.

Dahulunya, memasarkan minuman banrek diwilayah pasar sibuhuan sangat sulit sekali. Setiap malam, bandrek Palas ini dibawa keliling pasar sibuhuan dengan becak sepeda motor, namun saat itu hanya sebahagian kecil aja masyakat yang mau minum bandrek.

“Dengan tidak ada istilah bosan sebagai penjual bandrek, Alhamdulillah, sebelum pemilihan Presiden SBY yang kedua atau sekitar lima tahun yang lalu, saya menjual banrek tidak menjual banrek dengan sitem keliling lagi,”Ungkapnya seraya mengatakan lokasi dagangannya gratis untuk ditempati.

Ia menceritakan, sewaktu Tengku Ery masih calon Wakil Gubernur pada Pilgubsu kemarian, beliau sudah pernah minum bandrek disini. Saat itulah, awalnya minum bandrek tersosialisasikan dengan masyarakat Palas khususnya masyarakat disekitar Pasar Sibuhuan.  

Selain itu, Ia juga menceritakan, konsumen bandrek itu berasal dari masyarakat pasar sibuhuan, baik itu pegawai maupun masyarakat biasa, bahkan ada juga sebahagian orang  yang melintas singgah dan minum bandrek.

 Sisi kehidupan lainnya, setiap hari, Ia hanya bisa tidur dua jam dalam sehari semalam, itupun antara jam 06.00 Wib sampai 08.00 Wib Pagi. Setelah itu, baru ia lanjutkan untuk membeli bahan baku untuk keperluan bandrek, seperti jahe, cengkeh, kulit manis, palaga, bunga lawang, merica giling, gula merah dan telor.

Waktu menyajikan bandrek, ia kerjakan mulai pukul 13.00 Wib sampai pukul 17.00 Wib sore, dan pukul 18.00 Wibnya sudah mulai berjualan di pasar sibuhuan. Meski dikategorikan kurang tidur setiap harinya, ia tidak pernah sakit, karena sebelum berangkat jualan, ia minum bandrek duluan untuk menghilangkan masuk angin.

Rata-rata setiap malamnya, telor yang dihabiskan mencapai 7 papan, dan susu kaleng hampir 22 kaleng terhabiskan. Ia mengaku peminat minum bandrek yang paling banyak dan melonjakn itu pada malam Senin, Jumat dan malam-malam lainnya itu stabil aja.

Saat ini, ia menjual bandrek Rp 3 irbu pergolas, badnrek susu telor 10 ribu pergelas,  bandrek susu Rp 6 ribu, tes susu telor Rp 10 ribu pergolas, tes susu Rp 5 ribu pergelas,  kopi manis Rp 3 ribu pergolas, teh manisRp 2 ribu pergolas, dan kopi pahit Rp 1 ribu pergolas, maklum harga emperanya,”sebutnya.

“Namun menjual inuman bandrek selalu dibareingi tantangan dan cobaan. Kalau musim hujan,  sering sekali jualan banrek itu tidak laku, akibat masyarakat yang mau minum bandrek malas untuk keluar rumah, terpaksalah sebahagian besar dibawa lagi kerumah, dan saat ini harga telor naik diatas seratus persen, biasanya harga telor per papannya hanya Rp 40 ribu, sekarang sudah naik menjadi Rp Rp 73 ribu perpapannya”terangnya menutup.