SAMOSIR - Setelah pengajuan ditolak tahun lalu, Geopark Kaldera Toba (GKT) kembali mendapat kesempatan dari United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) untuk dijadikan sebagai Global Geopark Network (GGN). Dijadwalkan, assesor UNESCO akan turun kembali pada April 2017 ke kewasan Danau Toba untuk melakukan penilaian dan wawancara. Maka sebelum itu, 7 kabupaten/kota se-kawasan Danau Toba dengan keberadaan 15 geosite utama yang ada harus sudah siap.

Hal itu disampaikan Ketua Badan Pengelola Geopark Kaldera Toba (BP GKT) Alimin Ginting dalam rapat bersama Pemkab Tobasa dan pengelola pariwisata di Tobasa yang digelar di Balai Data Kantor Bupati Tobasa di Balige, kemarin.

Dipaparkan, ada 5 rekomendasi yang disampaikan UNESCO ketika pengajuan sebelumnya ditolak, yakni, edukasi, panel edukasi, promosi dan marketing, perlu lebih banyak waktu diberikan pada pengembangan strategi wisata budaya dan aktifitas geopark di lapangan harus sudah terjadi pada keempat geoarea GKT.

Dijabarkan, edukasi yang dimaksudkan menyangkut rencana aktifitas edukasi terpadu pada masing-masing geoarea dan rencana edukasi pemersatu yang membawa rencana edukasi regional (keempat geoare) di bawah tema Geopark “Super Volcano”.

Aktifitas edukasi ini sudah dalam taraf implementasi di lapangan dan tidak hanya di atas kertas. Perlu informasi edukasi dan display pada visitor information center, tema geopark “Super-Volcano” harus terintegrasi ke dalam materi edukasi, perlu pengembangan filosifi pesan apa yang mau disampaikan kepada masyarakat lokal dan para wisatawan dalam tema “Super Volcano”, serta perlu diindentifiasi geosite yang paling penting untuk penyampaian cerita “Super Volcano”.

Sedangkan panel edukasi yang dimaksudkan, panel edukasi geologi yang ada saat ini di geosite, perlu lebih fokus pada informasi tematik, perlu ditulis dengan bahasa yang cocok untuk masyarakat lokal dan para wisatawan, sehingga masyarakat lokal dan wisatawan memahami pesan yang disampaikan, perlu dihubungkan antara geologi GKT dengan kehidupan sehari-hari masyarakat setempat, perlu ditetapkan lebih banyak situs budaya, perlu beberapa edukasi tentang biodiversity daripada GKT dan kaitannya terhadap geologi dan geomorfologi.