MEDAN – Pengamat Ekonomi Benjamin Gunawan, mengatakan Sumut harus segera membenahi sektor hilir yang akan berdampak pada kerugian besar dengan menutup pabrik dan mem-PHK karyawan. Itu terjadi jika Sumut bergantung pada ekspor komoditas mentah. Hal ini diungkapkan Benjamin kepada Go Sumut, Minggu (4/12/2016). Dikatakannya, masalah lain yang bakal timbul adalah jika kita mencoba untuk menghasilkan produk jadi di Sumut. Artinya jika sebelumnya negara tujuan ekspor Sumut mendapatkan bagian untuk mengolah bahan baku dari Sumut untuk produk jadi. Namun tiba-tiba saja kita Mandiri dengan menghasilkan barang jadi.

Benjamin meyakini jika barang jadi tersebut dijual ke negara yang sebelumnya hanya mengimpor barang mentah. "Maka yang terjadi adalah resistensi dari negara tersebut," tandasnya.

Sementara itu, banyak masyarakat yang menilai pertumbuhan ekonomi Sumut belum begitu dirasakan bagi pemulihan daya beli masyarakat Sumut. Khususnya terkait dengan masalah penyerapan tenaga kerja. Artinya dengan pertumbuhan ekonomi yang masih mampu diatas rata-rata nasional. Namun daya beli masyarakat Sumut belum sepenuhnya membaik.

Hal ini sangat wajar terjadi. Pertama dengan pertumbuhan dikisaran 5,2%. Saya tidak begitu yakin akan mampu menyerap semua tenaga kerja potensial untuk mengurangi angka pengangguran. “Kita setidaknya butuh pertumbuhan di kisaran 6,7 persen setiap tahunnya,” tegasnya lagi.

Ditambah lagi, teknologi saat ini juga mulai berperan untuk menggantikan manusia. Sehingga pertumbuhan ekonomi makin lama semakin buruk kualitasnya dalam serapan tenaga kerja.

Untuk Sumut, ada begitu banyak proyek pembangunan infrastruktur. “Dengan program padat karya, saya pikir untuk sementara mampu menjadi motor daya beli masyarakat. Meski demikian kita membutuhkan serapan tenaga kerja formal yang bisa menjaga daya beli masyarakat dalam jangka panjang,” tutup Benjamin.