LABUSEL - Dinas Kesehatan Labuhanbatu Selatan (LABUSEL) mengaku sulit mendapatkan informasi yang akurat terkait jumlah warga yang terkena HIV/AIDS. Hal itu dikarenakan kesadaran warga masih kurang tentang bahaya penyakit tersebut. "Sebagian besar masyarakat kurang memahami, karena ini tidak kasat mata. Namun berdasarkan data yang ada, jumlah kumulatif kasus HIV/Aids masih rendah," kata Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Labuhanbatu Selatan dr Fernando di Kotapinang, yang ditulis Sabtu (3/12/2016).

Ia mengatakan, masyarakat masih menganggap penyakit itu sebagai aib yang mengakibatkan minimnya warga yang ingin mengetahui bahaya dari virus yang mematikan tersebut.

Meskipun di daerah itu telah banyak berdiri rumah sakit, Puskesmas, dan puskemas pembantu, namun kesadaran masyarakat untuk mendeteksi secara dini virus HIV/AIDS masih sangat rendah.

Untuk itu, Pemkab Labuhanbatu Selatan telah menyediakan "Voluntary Counseling and Testing" (VCT) di RSUD Kotapinang. Namun hingga kini kesadaran masyarakat yang memiliki risiko tinggi tertular HIV/Aids untuk memeriksakan kesehatan masih sangat rendah.

Lebih lanjut diakuinya, saat ini pihaknya melalui RSUD Kotapinang memang masih belum dapat melakukan penanganan terhadap Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA), dan untuk itu pihaknya masih harus berkoordinasi dengan RSUD Labuhanbatu untuk penanganannya.

"Kegiatan khusus untuk HIV/AIDS belum ada, namun pemerintah provinsi selalu mendukung dan beberapa kali telah dilakukan sosialisasi. Kami terus berbenah, sekarang ini kami konsentrasi ke masalah narkoba yang juga sebagai antisipasi terhadap penularan HIV/AIDS," katanya.

Selain itu, Fernando mengungkapkan hingga tahun 2015 terdata hanya ada dua kasus ODHA di daerah itu. Jumlah tersebut berbeda dengan data yang dimiliki Dinas Kesehatan Sumatera Utara yakni sebanyak 28 kasus.

"Data yang ada pada kami memang berbeda dengan provinsi. Itu bisa saja terjadi, karena pendataannya berdasarkan KTP, sedangkan kasusnya mungkin di luar daerah ini," katanya.