GERAKANNYA gesit diantara truk dan angkot yang berlomba-lomba di jalan raya. Setang motor yang sudah dimodifikasi dikemudikannya dengan bahu. Sugeng menekan tuas rem sepeda motornya ketika mendengar panggilan seseorang dari warung.

Seperti biasa, orang-orang mengambil sendiri tapenya, dan memasukkan uang pembelian ke dalam saku Sugeng. Modalnya hanya percaya, bahwa rezeki sudah ada Tuhan yang mengaturnya. Senyum ramah tak pernah hilang dari wajahnya.

Sugeng Riyadi (34), pria dari desa Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan, yang tidak mempunyai kedua tangan ini, selama 13 tahun sudah menjajakan tape di sekitar Kecamatan Medan Tuntungan, Medan Permai, dan Padang Bulan Medan. Dia sudah keluar rumah mulai pukul sembilan pagi, hingga pukul enam sore.

Selama lima tahun terakhir, Sugeng mengendarai sepeda motor yang diberikan oleh seorang dermawan untuk menjual tape-tapenya. Sebelumnya, tujuh tahun Sugeng berjualan tape naik sepeda. Meski tidak memiliki kedua tangan, Sugeng tidak mengalami kesulitan untuk mengendarai motor. Keinginannya untuk membantu ibu dan menyekolahkan adik-adiknya, membuat Sugeng tidak memikirkan kekurangan yang ada pada dirinya.

“Selama ini saya rasakan saya bangga dengan diri saya, karena saya tidak menjadi orang yang meminta minta gitu, bisa melakukan sesuatu dengan pekerjaan,” ungkap Sugeng kepada GoSumut.

Tape-tape dagangan Sugeng dibuat oleh ibunya, Suparni (60). Setiap hari Suparni mengolah lebih kurang 20 kg ubi dan 3 kg ketan hitam untuk  menjadi sekitar 400 bungkus tape, yang dijual seharga Rp1.000 hingga Rp 2 ribu perbungkusnya.

“Saya menjadi orang tua Sugeng, bangga mempunyai anak seperti dia, berbakti pd org tua. Dia sungguh sungguh membela orang tua sama adiknya, udah gitu menghidupi saya sama adik adiknya menyekolahkan dari SD sampe SMA. Saya ribuan terimakasih sama dia betul,  anak yang berbakti pada orang tua dialah. Saya bukan memuji tapi memang kenyataanlah,” tutur Suparni, sang ibu.

Sejak sepeninggalan ayahnya, Sugeng merasa bertanggung jawab untuk membantu ibu, apalagi kondisi Suparni yang mulai renta sudah tidak memungkinkan untuk berjalan jauh menjajakan tape. Ditambah lagi Sugeng ingin mendukung pendidikan dua orang adiknya. Dua tahun lalu, kedua adiknya sudah berhasil menyelesaikan sekolah menengah atas, dari hasil usahanya berdagang tape.

Selain bagi adik-adiknya, bagi para pelanggannya, Sugeng adalah guru kehidupan, yang mengajarkan tentang kerja keras dan pantang menyerah, meski kondisi serba terbatas.

“Sosoknya dia itu ya ya istilahnya semangat, biarpun tidak ada tangan, tapi semangatnya kuat. Sedangkan kita yang ada ini pasti merasa malas malu karena berdagang tape. Harapan buat mas Sugeng, semoga jualannya ini semakin laris lagi lah, dan makin banyak langganannya,” kata Boru Tarigan, warga di Padang Bulan Medan.