TEBING TINGGI- Suatu yang tak boleh dilupakan saat plesiran ke Tebing Tinggi adalah berburu lemang. Ada puluhan penjual lemang di kota Tebing Tinggi. Meskipun kelihatannya sama, tapi rasa yang dihadirkan berbeda beda, sangat tergantung oleh keahlian dan keseriusan pembuatnya dalam memberi produk yang bermutu. Salah satu lemang yang pantas Anda buru  adalah lemang Batok.

Lemang Batok dibuat dan dijual dari tempat yang terpisah. Lemang ini diproduksi di kediaman Batok di Jalan Badak Kampung Semut, selanjutnya dibawa ke tempat jualannya di Jalan Tjong A Fie kota Tebing Tinggi, sekitar 10 menit dengan menempuh kendaraan roda dua.

Batok kini tinggal namanya saja. Menurut Bambang, Lemang Batok kini sudah melintasi 4 generasi. Generasi pertama adalah almarhum Batok, generasi ke dua  almarhum H Upik Naren, generasi ke 3, Abubakar Sikumbang. Abubakar memiliki 10 anak yang  kini ke 10 anak itu menjadi generasi penerus yang menerusi usaha lemang  Batok.

“Minggu  ini giliran saya yang membuat lemang. Nanti bergilir lagi untuk adek adek saya, selanjutnya ke anak paling tua. Begitulah seterusnya,”ucap Bambang (40) anak ke 4 dari 10 bersaudara. Cara tersebut dinilai lebih adil dan antar saudara tidak saling berkompetisi.

Siapa pun gilirannya, lemang lemang itu diproduksi di satu tempat. Bahan bahan yang digunakan untuk membuat lemang pun sudah terstandar. Sudah ada SOP-nya, yang tentu saja dengan bahasa mereka sendiri.

Bahan yang digunakan adalah beras pulut, batang bambu (khusus bambu lemang), daun pisang yang masih muda alias pucuk pisang,  santan, garam dan daun pandan. “Yang bikin lemang itu enak ya dari santannya. Semakin kental santannya, semakin enak. Kami tidak gunakan penyedap rasa,seperti usaha lemang lainnya,”ucap suaminya Alfa ini.

Setelah beras pulut dicuci besih, pulut dimasukkan ke dalam bambu yang didalamnya sudah dialasi pucuk  daun pisang. Selanjutnya dimasukkan santan, sedikit garam, dan perasan daun pandan. Ada sedikit gula putih yang membuat pulut ini lebih berasa. Mulut bambu disumpal daun pisang agar pulut tidak tumpah, selanjutnya lemang pun dibakar di samping api besar dalam posisi berdiri.

“Sekarang kami membakarnya dengan menggunakan kayu. Barangkali masa Atok dulu  dibakar pake batok makanya orang-orang menyebut namanya Lemang Batok. Sekarang batok mahal juga bara api cepat habis”tukas Bambang.

Perharinya lemang Batok memproduksi 50 kg pulut untuk bahan membuat lemang. “Perharinya kami bisa menjual 400 batang lemang,”jelasnya. Perbatang lemang dijual bervariasi. Untuk lemang dengan rasa istimewa, dijual Rp40.000. “Ini lemang sudah kelas premium, santannya sangat kental dan rasanya jelas lebih enak. Lemangnya juga lebih besar”terangnya. Untuk rasa biasa pebatangnya Rp20.000 hingga Rp30.000.

Lemang lemang ini bertambah lezat jika dinikmati dengan selai atau tape dengan cara dicokol atau dicampur sekaligus. Lemang yang memiliki rasa lemak gurih dicampur dengan tape pulut hitam yang memiliki rasa asam manis membuat rasanya menjadi berbeda. Unik dan enak. “Ini adalah gaya makan lemang di Padang Pariaman,”papar pria berdarah Padang Pariaman ini.

Selain dengan menggunakan tape, Lemang Batok juga menyediakan selai. Selainya unik, menggunakan gula aren. Lemang dan tape atau selai dijual terpisah.