Medan-Pemerintah dinilai kalah dengan pedagang dalam mengendalikan harga
kebutuhan pokok, terutama cabai merah. Hal ini dibuktikan  harga
komoditas yang melambung sejak tiga bulan terakhir sepekan terakhir tetap
bertahan diharga Rp 80 ribuan per kg.

Harga yang dikuasai swasta bisa menjadi "bom waktu" setiap saat.
Akibatnya, masalah harga ini, tidak akan pernah selesai.

"Kalau saya melihat pemerintah kalah. Jika tidak  ada kebijakan dari
kemarin. Ini kan nggak ada dan terkesan dibiarkan. Sampai-sampai
masyarakat mengkonsumsi cabai busuk, yang tadinya tidak laku menjadi
laku,"ujar pengamat Ekonomi dari Universitas Sumatera Utara (USU),
Wahyu Ario Pratomo, Selasa (8/11/2016).

Wahyu menyebutkan, pemerintah belum memiliki sikap mengatasi harga
komoditas yang menjadi salah satu pemicu terjadinya inflasi ini.
Padahal sudah berbulan-bulan. Dia juga mempertanyakan kenapa masalah
yang menyangkut kebutuhan orang banyak, bisa terlupakan.

Padahal masyarakat baik itu rumah tangga maupun usaha sudah menjerit.
Namun, peristiwanya terus berulang. "Karena  belum pernah mendengar
masalah tersebut  bisa diselesaikan dengan baik oleh
pemerintah,"ujarnya.

Harusnya, hal ini mendapat perhatian serius pemerintah. Jika memang
produksi menurun akibat cuaca yang berubah-ubah, ada upaya antispasi
yang dilakukan. Sehingga kebutuhan tetap terjaga.

Dia pun meminta agar kebijakan import tidak kaku. Sebab jika terjadi
kelangkaan barang, yang  menikmati adalah pedagang. Karena mereka bisa
mendapatkan margin yang besar.

"Tapi pedagangnya juga bukan pedagang kecil. Karena pedagang kecil
juga belinya sudah mahal, yang menikmati pedagang besar,"ujarnya.

Dia menambahkan, mahalnya harga cabai merah ini juga tidak terlepas
dari masalah tata niaga barang. Karena harga ditentukan pasar,
terutama untuk barang-barang kebutuhan pokok, seperti cabai, gula,
bawang.