JAKARTA - Jelang pemilihan calon gubernur DKI Jakarta, pihak KPUD DKI menyampaikan bahwa pemilih di Jakarta Utara berkurang sekitar 310.000 orang. Atas pengumumuman tersebut, politisi PDIP Adian Napitulu merasa curiga dengan berkurangnya jumlah tersebut.

"Ini sesuatu yang aneh karena dari 2014 ke 2016 umumnya pemilih cenderung bertambah. Ini kok malah berkurang, jumlah nya tidak tanggung tanggung tapi sebanyak 310.000 orang," ujarnya kepada GoNews.co, Jumat (28/10/2016) melalui pres releasenya.

Kenapa ada pengurangan sebesar itu? Menurutnya ada beberapa kemungkinan. Pertama, terjadi exodus massal seperti layaknya di daerah daerah perang. Kedua, ada meninggal massal serentak mungkin saja dan terorganisir seperti peristiwa bunuh diri massal atau dikarenakan wabah penyakit menular.

"Sangat aneh. Kemungkinan ke tiga terjadi genocida (pembataian massal) di Jakarta Utara tapi kita tidak tahu. Kemungkinan lain tapi sulit diterima akal, mungkin ada ratusan ribu orang yang usianya justeru turun bukan naik, misalnya tahun 2014 umurnya 17 tahun tapi tahun ini umurnya turun jadi 15 tahun atau mungkin kombinasi dari kesemua kemungkinan itu, dan ini jelas tidak bisa diterima akal sehat," tukasnya.

Agak rumit diterima akal. Menurutnya, kalau dari 1.336.025 pemilih saat Pilpres kemudian hari ini jumlah pemilih berkurang menjadi 1.025.045 maka tiap hari dari tahun 2014 sampai 2016 rata rata yg meninggal atau pindah ada 420 an orang.

"Di Jakarta Utara ada 6 kecamatan dan 32 kelurahan. Dengan berkurang nya 310.000 pemilih maka rata rata dalam 2 tahun terakhir di tiap kelurahan ada 9.600 pemilih yang "hilang". Aneh seribu persen aneh. Pada pilpres 2014 perolehan suara Jokowi Jk di Jakarta Utara sekitar 516.000 sementara Prabowo Hatta sekitar 342.000 dengan selisih sekitar 174.000 suara memenangkan Jokowi JK," bebernya.

Dari perolehan suara Pilpres dan perbandingan nya dengan perolehan suara Pileg, Jakarta Utara memang kantong Suara PDI Perjuangan sejak lama. "Berkurangnya suara yang terdaftar sebagai pemilih di Jakarta Utara sebesar 310.000 pemilih menjadi angka yang perlu di kaji mendalam apakah pengurangan itu benar adanya atau ada permainan dibaliknya," tandasnya.

"Kalau benar memang dikemudian hari ditemukan ada permainan pat gulipat di balik ini, maka kondisi pilkada DKI memang jauh dari sehat," pungkas dia. ***