BANDUNG - Satuan Pelaksana Program Indonesia Emas (Satlak Prima) menyiapkan 400 kuota atlet yang bakal direkrut untuk persiapan Indonesia menghadapi SEA Games Malaysia 2017 dan Asian Games 2018.

"Satlak Prima siapkan 400 kuota atlet. Jadi, silahkan atlet yang tampil di PON XIX Jawa Barat 2016 memperebutkan kuota itu," kata Direktur Performa Tinggi (HPD) Satlak Prima, Luki Apari di Bandung, Senin (19/9/2016). 

Menurut Luki Apari yang juga anggota Tim Talent Scouting Satlak Prima,  jumlah 400 kuota tersebut berdasarkan sisa anggaran Satlak Prima tauun 2016 setelah adanya pemotongan anggaran yang dilakukan pemerintah di setiap kementerian. 

Makanya, PON XIX Jawa Barat 2016 akan dijadikan ajang seleksi dan pencarian bibit atlet muda potensial untuk mengisi kuota yang telah disiapkan.

"Satlak Prima menetapkan 400 kuota atlet untuk menyesuaikan dengan anggaran yang tersedia. Makanya, Satlak Prima menurunkan Tim Talent Scouting untuk memangkas usulan 529 atlet dari 29 induk-induk organisasi (PB/PP). Dengan demikian, kuota yang ada benar-benar diisi atlet-atlet yang punya kemampuan dan berprospek meraih prestasi pada SEA Games Malaysia 2017 dan Asian Games 2018," katanya. 

Apakah ada kemungkinan dilakukan penambahan jumlah kuota ke depan? "Bisa saja dengan catatan anggaran yang diajukan Satlak Prima kepada pemerintah untuk tahun 2017 tidak ada pemotongan lagi," jawabnya. 

Untuk memangkas jumlah 529 atlet menjadi 400 atlet, kata Luki Apari, Satlak Prima membuat kebijakan penentuan atlet yang memang pantas mengisi kuota tersebut yakni untuk cabang olahraga terukur dengan melihat catatan waktu atau poin serta usia. Sedangkan untuk cabang olahraga tidak terukur, tambahnya, dengan melihat usia dan performa atlet. 

Dengan adanya standar yang ditetapkan Satlak Prima, kata Luki, persaingan atlet akan terjadi di cabang olahraganya tetapi dengan cabang olahraga lainnya. 

"Di cabang terukur, atlet-atlet yang mengisi kuota ditentukan berdasarkan usia, catatan waktu atau poin yang diraihnya. Minimal catatan waktu atau poin yang diraih mereka harus menyamai peraih perunggu SEA Games dan bukan melihat perolehan medali di PON XIX Jawa Barat. Bisa saja kan terjadi dimana atlet cabang olahraga terukur meraih emas tapi catatan waktu atau poinnya tidak memenuhi standard yang ditetapkan Satlak Prima," ujarnya.

"Di cabang olahraga tidak terukur juga bisa terjadi atlet peraih emas yang usianya tidak muda lagi. Makanya, usia dan performa lebih diutamakan," ujar Luki yang juga anggota Tim Penguat Performa Satlak Prima ini. ***