MEDAN - Penderita kaki gajah setiap tahun mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Bahkan, di tahun ini, penyakit yang disebabkan cacing filaria melalui perantara nyamuk, sudah diidap sebanyak 156 warga Sumatera Utara. Sebelumnya, di tahun 2015, jumlah penderita kaki gajah di provinsi ini sebanyak 111 penderita. Berdasarkan data yang diperoleh di Dinas Kesehatan Sumut, Kabupaten Asahan menempati urutan tertinggi dengan jumlah penderita sebanyak 36 jiwa. Menyusul Kabupaten Langkat dan Tapteng dengan masing-masing 12 penderita, Madina 10 penderita, Medan empat penderita, Siantar tiga penderita, Tanjungbalai dan Paluta masing-masing dua penderita dan Palas satu orang.

Untuk penanganan penderita kaki gajah ini, jelas Kabid Penanggulangan Masalah Kesehatan NG Hikmet melalui Koordinator Program Tular Vektor dan Zoonosis Teguh Supriadi, pihaknya sudah memiliki program Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) filariasis. "Hanya saja, pemberian obat tersebut masih bersifat parsial hanya di beberapa kabupaten/kota saja, seperti Serdangbedagai, Batubara, Labuhan Batu Utara, Labuhan Batu Selatan, Tapanuli Selatab, Nias Barat, Gunungsitoli, dan Deliserdang," ujar Teguh Supriadi, Rabu (14/9), di ruang kerjanya.

Dari kabupaten/kota yang termasuk dalam program POPM itu terdapat 68 kasus pada tahun 2016. Dari 68 kasus tersebut, penderita yang paling tinggi berada di Labusel sebanyak 34 kasus, Batubara 12 kasus, Labura 10 kasus, Gunungsitoli 7 kasus. "Program POPM yang dilakukan di kabupaten/kota tersebut dikarenakan adanya hasil surveilans ditemukannya filaria. Oleh karena itu, dilakukanlah pengobatan massal, sekitar 65 persen. Ini program rutin dari Kementerian Kesehatan," sebutnya.

Sementara, untuk kabupaten/kota di luar program POPM yang sudah tercatat memiliki penderita, akan dilakukan survei secara bertahap untuk menentukan presentasi positif penduduk yang 'tertular' mikrofilaria. "Jika memang di kabupaten/kota tersebut ada lebih satu persen dari sampel, maka akan dilakukan pengobatan massal," tuturnya.

Dengan survei bertahap yang bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan, instansi kesehatan itu berharap pada tahun 2020 kasus kaki gajah dapat dieliminasi.