BAGANSIAPIAPI - Nelayan Bagansiapiapi meminta Pemkab Rokan Hilir, Riau melalui Dinas Perikanan segera bersikap terhadap 25 kapal pukat harimau yang diduga berasal dari Sumatera Utara dengan beratnya mencapai 500 gross ton (GT) yang masih berkeliaran di perairan Bagansiapiapi. Kehadiran pukat harimau ini akan mengancam nelayan dan biota laut. ''Bukan hanya pendapatan nelayan yang berkurang, tapi terumbu karang juga akan rusak karena pemberat besi yang diikat dijaring sampai ke dasar laut,'' ujar Ketua Kelompok Nelayan Bagansiapiapi, Jumadi kepada GoRiau.com, Senin (12/9/2016).

Kerusakan lainnya, kata Jumadi, telur-telur ikan akan hancur dan membusuk sehingga tidak akan ada lagi ikan yang mau kembali ke wilayah laut tersebut. Dia menganalogikan jika manusia sudah mencium bau mayat, tidak akan ada manusia datang kelokasi tersebut. Begitu juga dengan ikan, jika telur ikan sudah kena jaring pukat harimau, bukan hanya anak ikan, telur ikan pun akan membusuk.

''Jika ikan tidak mau kembali akan berdampak serius dengan mata pencaharian kehidupan nelayan disini,'' kata pria yang pernah mendapat penghargaan dari Dinas Perikanan Provinsi Riau atas perannya dalam kelompok pengawas perikanan masyarakat.

Jumadi mengungkapkan, nelayan yang akan menangkap ikan ke laut tengah hingga mencapai perbatasan selat Melaka, minimal harus mengantongi uang Rp 7 juta. Keperluan itu digunakan untuk 4 orang anggota ABK dengan mendapat pinjaman Rp 500 ribu/orang untuk belanja anak dan istrinya di rumah.

Sisa uang tersebut digunakan untuk keperluan membeli minyak solar, sembako, dan kebutuhan lainnya untuk selama seminggu berlayar di laut. Anggaran tersebut tidak termasuk jika ada kerusakan mesin kapal serta keperluan membeli es batu untuk mendinginkan ikan.

Pada saat musim banyak ikan di laut, para nelayan bisa mengantongi keuntungan hingga mencapai Rp30 juta. Namun karena banyaknya pukat harimau, pendapatan nelayan menurun drastis mencapai Rp15 juta.

''Jika hanya mendapat keuntungan segitu, dianggap sudah gagal dan bisa dikatakan tekor," katanya.

Jumadi mengatakan, karena kondisi seperti itu, maka nelayan Bagansiapiapi kehidupannya tidak akan pernah bangkit dan sejahtera. Karena tanpa ada berkeliarannya pukat harimau saja kehidupan mereka sudah susah, apalagi sekarang trawl sudah meraja lela. ***