MEDAN-Kebakaran yang menghanguskan pasar tradisonal Aksara pada Selasa (12/7/2016) lalu, membuat ribuan pekerja yang bergantung di pasar tersebut terpaksa harus kehilangan pekerjaan. Di sisi lain, pedagang juga menderita kerugian yang cukup besar dan harus kehilangan sumber mata pencaharian. Berbagai aksi sudah dilakukan pedagang untuk memperjuangkan nasib mereka. Mulai berdemonstrasi ke Balaikota hingga melakukan blokir jalan menolak keputusan yang diberikan Pemko Medan. Keinginan pedagang hanya mau berjualan di sekitar gedung Pasar Askara.

Salah seorang pedagang Aksara Roslina Boru Sinaga mengungkapkan, pedagang tetap ingin mempertahankan pasar Aksara dikarenakan dulunya pembangunan pasar Aksara merupakan swadaya dari masyarakat.

“Kenapa kami bertahan di sini, karena kami dulunya swadaya membangunanya. Baru setelah itu dikelola oleh pemko Medan. Masih ada hak kami di situ," makanya bertahan semua untuk mempertahankan haknya, “ katanya kepada GoSumut, Rabu (7/9/2016)

Diceritakan Roslina, tahun 1965 di Jalan Letda Sujono tepatnya di persimpangan Jalan Aksara yang sekarang, dulunya merupakan tempat berjualan pedagang kaki lima. Jumlahnya waktu itu sekitar 200 pedagang. Pedagang kaki lima ini sempat berjualan hingga dua tahun lamanya. Setelah itu pemko Medan berniat memindahkan pedagang ke tanah kosong yang berada di seberang Jalan Letda Sujono.

Pedagang pun akhirnya sepakat dengan mengumpulkan uang untuk membeli sebagian tanah yang dulunya milik PTPN tersebut. Pada tahun 1967, pasar mulai dibangun. “ Tahun 1968 mulailah kami tempati. Namanya dulu masih Pasar Bengkok. Setelah dikelola pemko, pasar ini beberapa kali mulai diremajakan dan ditambah bangunannya,” kata Roslina.

Tak heran bila Roslina dan pedagang lainnya berjuang mempertahankan Pasar Aksara agar tetap dibangun dan memperoleh haknya kembali.

Seorang pedagang lainnya Muslim bercerita, pasar Aksara merupakan pasar yang potensial yang sudah dikenal masyarakat Kota Medan maupun di Sumatera Utara yang sudah puluhan tahun berdiri. Muslim menyebutkan, Pasar Aksara sudah seperti segitiga emas perdagangan.