JAKARTA - Ketika dua menteri kabinet kerja kompak, keputusan cepat dan revolusioner pun bisa pecah telor. Itulah yang terjadi pada Bandara H.A.S. Hananjoeddin, Jalan Buluh Tumbang, Belitung, Babel.

Menteri Pariwisata Arief Yahya dan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi membuat langkah terobosan untuk percepatan pariwisata di sana. Yakni dengan menaikkan status bandara dengan runway sepanjang 2.250 meter lebar 45 meter itu menjadi international airport sebelum liburan akhir tahun 2016.

"Sebelum akhir Desember 2016, kami naikkan status bandara Hananjoeddin Belitong menjadi bandara internasional. Tidak harus menunggu 2018, kelamaan. Terminal yang ada disekat menjadi terminal domestic dan internasional. Termasuk berkoordinasi untuk membuat CIQP –Costume, Immigration, Quarantine, Port di sana,” kata Budi Karya Sumadi saat press conference di lokasi ground breaking Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata, Tanjung Binga, Sijuk, Belitung.

Secara paralel, Budi Karya yang mantan Direktur Utama PT Angkasa Pura II (AP II) (Persero) sejak tahun 2015 itu akan meng-up grade bandara Belitung yang saat ini sudah kesempitan. Rata-rata per hari sudah 2.000 penumpang yang lalu lalang di Negeri Laskar Pelangi itu. Belum termasuk pengantar dan penjemput yang jumlahnya terus meningkat. Budi Karya pun tahun ini akan memperpanjang landas pacu hingga 2.500 meter, sehingga bisa didarati Boeing 737-800 yang kapasitas angkutnya lebih besar.

“Terminal penumpangnya juga akan dibesarkan dengan kapasitas 20.000 orang,” kata Budi Karya yang juga ikut dalam ground breaking Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata Tanjung Kelayang Belitong. Lokasi peletakan batu pertama sendiri dilakukan di Tanjung Binga itu. Saat press conference di tepi pantai, di bawah pohon yang rindang, kata-kata pertama pria lulus Arsitektur UGM Jogjakarta jurusan 1981 itu adalah: “Wow!”

Maklum, Budi Karya selama ini memang bekerja di sector Pariwisata yang paham betul apa yang dibutuhkan destinasi itu. Salah satu karyanya adalah revitalisasi taman kota Waduk Pluit dan Waduk Ria-Rio, lalu penyelesaian rumah susun sederhana sewa di Marunda. Bertahun-tahun dia berkarya di PT Pembangunan Jaya Ancol tbk dari 1982 sampai 2004. Lalu menjadi Direktur Utama PT Jakarta Propertindo (Jakpro) tahun 2004 sampai 2013.

Bahkan, Budi Karya melepas juga memikirkan bagaimana akses atau transportasi public dari Bandara H.A.S. Hananjoeddin sampai ke KEK Tanjung Kelayang. “Akan segera beroperasi bus Damri dari Bandara-Tanjung Kelayang untuk mempermudah arus transportasi. Juga Kapal Roro yang berkeliling dari pulau ke pulau, menghubungkan secara regular Bangka-Belitung,”  jelasnya yang dihadiri Gubernur Babel Rustam Efendi, Bupati Belitung Sahani Saleh, dan perwakilan Garuda Indonesia, Lion Air dan Sriwijaya Air itu.

Menpar Arief Yahya pun langsung memuji Menghub Budi Karya. “Pak Menhub ini keren! Beliau ini tokoh dengan background pariwisata yang sangat kuat, dan memikirkan hal-hal detail. Status Bandara Internasional Belitong ini adalah kunci atau critical success factor dalam percepatan pengembangan Pariwisata di sini. Masih ada lagi dermaga titik labuh untuk cruise (kapal pesiar) yang bisa mengangkut 3.000 turis dan juga marina untuk parkir yacht (perahu pesiar) yang lebih kecil,” ungkap Arief Yahya.

“Tetapi It’s ok, tahun 2016 ini diselesaikan dulu International Airport di Belitong. Dua yang lainnya dermaga dan marina-nya hutang dulu, untuk tahun berikutnya!” tutur Arief Yahya yang disambut tepuk tangan audience. Mengapa Mantan Dirut PT Telkom ini cukup ngotot untuk pembangunan infrastruktur transportasi di Belitong? Pertama, Belitong sudah ditetapkan sebagai satu dari 10 Top Destinasi, yang biasa dipopulerkan dengan 10 Bali Baru itu.

Kedua, Belitong adalah satu diantara 10 Bali Baru yang paling cepat berstatus KEK Pariwisata di era Presiden Joko Widodo. Sejak ditandatangani bulan Maret 2016, hanya kurun waktu 6 bulan sudah mulai ground breaking Hotel Dharmawangsa Group di Belitong. Ketiga, hampir 100% turis masuk ke Indonesia itu dengan airlines atau melalui udara. “Hanya 24% yang menyeberang via laut, dan itu didominasi oleh Batam-Bintan Kepulauan Riau. Karena posisi geografisnya dekat dengan Singapore dan Malaysia. Hanya 1% yang melintas batas jalur darat. Sisanya, jalur udara,” kata Arief Yahya.

Karena itu, konsentrasi menteri pariwisata yang asli Banyuwangi ini justru pada akses menuju ke tanah air. Membuka akses dari originasi “tebal” dan memiliki “daya beli” seperti Tiongkok, Hongkong, Macau, Taiwan, Korea, dan Jepang. Termasuk di Negara tetangga Singapore, Malaysia, Filipina yang bisa menjadi pasar potensial. “Tourism itu model bisnisnya mirip dengan telecommunication. Kedekatan atau proximity itu menjadi sangat penting, baik geografis maupun cultural,” tandasnya.

Secara khusus Menpar juga konsursium Belitung Maritime Silk Road yang bekerja dengan cepat untuk mewujudkan KEK Tanjung Kelayang. Dia juga berterima kasih atas kehadiran Kedutaan Swedia Ms Johanna Brismar Skoog, Kedutaan Italia Mr Vittorio Sandalli, Kedubes India Nengsha Lhouvum, Kedubes Turki Mehmet Kadri Sander Gurbuz, Konsul Jenderal Singapore Mark Lauw, yang ikut hadir di Tanjung Binga, 2 September 2016.

Mereka turut menyaksikan komitmen dan penandatangan kerjasama BTN (Bank Tabungan Negara) dengan Gubernur Banga Belitung, juga BTN dengan Group Dharmawangsa. Selama proses pembangunan KEK Pariwisata, masyarakat di sekitar kawasan itu akan diberikan fasilitas homestay bekerjasama dengan BTN dan Kemen PU PR. Sehingga masyarakat bisa mendapatkan benefit dari pengembangan kawasan pariwisata di sana. “Tentu dengan desain arsitektur nusantara, yang akan mempercantik di sekeliling kawasan itu,” tandasnya. (*/dnl)