MEDAN - Hingga akhir tahun, Pemerintah Indonesia melalui Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) akan kembali mengimpor daging kerbau sebanyak 70 ribu ton. Hal tersebut dimaksudkan untuk mengintervensi pasar dengan memberi alternatif daging lain yang lebih murah dalam memenuhi kebutuhan protein masyarakat. Berbicara soal protein, Ahli Gizi Kota Medan, Sairi Saragih, mengatakan daging sapi ataupun kerbau, sama-sama memiliki kandungan gizi yang sebetulnya tidak memiliki perbedaan yang begitu nyata. "Sebetulnya nggak ada masalah mau konsumsi daging kerbau ataupun sapi. Yang terpenting, tubuh bisa memperoleh protein," jelas Sairi, Jumat (2/9/2016) di Medan.

Wanita berdarah Simalungun ini juga mengungkapkan, sumber protein untuk tubuh manusia bisa diperoleh dari dua hal. Antara lain, sumber protein hewani dan protein nabati.

Untuk sumber protein hewani itu, Sairi menyebutkan, perolehan umum bisa didapat dari sapi, kerbau, ikan ataupun kambing. Sementara, sumber protein nabati berasal dari kacang-kacangan seperti tahu dan tempe. "Jadi bukan kadar proteinnya berapa yang tinggi dari sapi atau kerbau. Karena dari kedua sumber protein tadi, yang tinggi memang berasal dari hewani," jelasnya.

Dalam hal ini, kata Sairi, kebijakan yang dibuat pemerintah tentunya sudah direncanakan dan menghitung baik buruk dari konsumsi sapi ataupun kerbau tanpa mengurangi nilai gizi yang dibutuhkan tubuh manusia. "Sedangkan untuk lemak jenuh, semua hewan memilikinya. Tetapi sumber utamanya bukan berasal dari hewan melainkan minyak goreng atau mentega," tandasnya.