MEDAN - Praktisi Kesehatan Sumatera Utara, dr Umar Zein, menduga, Virus Zika ada di provinsi ini, mengingat vektor penularnya (aedes aeghipty) juga sama. Bahkan, Menteri Kesehatan, Nila F Moeloek mengonfirmasi bahwa virus ini sudah masuk dan menjangkiti Suku Anak Dalam, Jambi. Namun, dirinya belum dapat memastikan berapa warga yang
sudah terjangkiti. Umar Zein menerangkan, gejala yang ditimbulkan virus ini seperti demam, nyeri sendi dan kemerahan pada kulit. "Virus Zika ini merupakan virus baru dari golongan flavivirus yang menimbulkan penyakit pada manusia. Kasus ini ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes pertama sekali diisolasi dari darah monyet di Uganda tahun 1947,” ungkap Umar
Zein, Rabu (31/8/2016).

Umar Zein juga menjelaskan, pada tahun 2007 lalu, virus ini menyebar di Yap Island Micronesia, kemudian menyebar lagi ke beberapa Negara di Oceania, sebelum sampai di Amerika melalui Pulau Easter.

Kemungkinan, kata dia, virus ini sudah sampai ke negara lain, termasuk Indonesia, melalui perpindahan penduduk yang tinggi antar negara, serta vektor penular nyamuk aedes aegypti yang memang banyak terdapat di Indonesia.

“Baru-baru ini di Jambi juga ditemukan Virus Zika. Waktu itu, ada penelitian tentang demam yang difokuskan dengue (demam berdarah). Saat diperiksa, baru diketahui bahwa warga positif Virus Zika,” ujarnya.

Mantan Kepala Dinas Kesehatan Kota Medan ini juga menduga hal yang sama bisa saja terjadi di Sumatera Utara. "Yang perlu (itu adanya) perangkat diagnostik di laboratorium dan rumah sakit, agar bisa dibedakan secara dini (seperti apa Virus Zika) dengan DBD," jelasnya.

Sebab, kata Umar kembali, gejala virus ini hampir sama dengan demam berdarah dengue (DBD) dan ditularkan dengan nyamuk yang sama pula. "Itu perlu diantisipasi. Meskipun virus ini tergolong tidak mematikan, tetapi dampak penularan ke janin bagi ibu hamil yang terinfeksi, tergolong fatal. Sebab, bayi akan cacat seumur hidup," tegasnya.

Dirinya juga menyarankan agar pemerintah Indonesia sudah saatnya melakukan penelitian untuk mencari obat dari virus ini. "Kalau pemerintah mau, bisa saja," tutupnya.