JAKARTA - Ternyata Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad), Letjen TNI Edy Rahmayadi paham benar arti fair play dalam sepakbola. Buktinya, Edy yang mencalonkan diri sebagai Ketua Umum PSSI periode 2016-2020 itu tidak mempermasalahkan bilamana dirinya tidak terpilih dalam Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI yang rencananya digelar di Makassar, Sulawesi Selatan, 17 Oktober 2016.

Yang lebih mengejutkan lagi, Edy Rahmayadi menyatakan tetap komit memajukan dunia sepakbola Indonesia.

"Mau jadi ketua atau tidak, saya tetap bermain dan mendukung sepakbola. Jadi ketua PSSI? Ayo. Voter silakan mencalonkan saya. Tapi dengan satu syarat, jangan minta apa-apa dari saya. Apapun itu bentuknya dari saya,” ujar Edy dalam acara ramah tamah Pangkostrad dengan wartawan olahraga di Makostrad, Jakarta Pusat, Selasa (30/8/2016).

Dalam acara tersebut, Edy Rahmayadi resmi mendeklarasikan diri sebagai calon Ketua Umum PSSI periode 2016-2020. Edy maju sebagai Caketum PSSI setelah mendapatkan dukungan dari Kelompok 85. Sosok Edy sebelumnya memang digadang-gadang akan bersaing dalam pemilihan Ketum PSSI. Beberapa anggota PSSI, secara terang-terangan mendukung pencalonan Edy.

Persipani Paniai, Persinta Intan Jaya, Persigubin Gunung Bintang, Persiyali Yalimo, Kaimana FC, Persikos Kota Sorong, dan Asosiasi Provinsi PSSI Papua Barat, bersama-sama menjagokan Edy untuk maju sebagai Ketum PSSI.

Dalam kesempatan yang sama, Edy menyatakan keinginannya untuk menjadikan PSSI sebagai organisasi sepakbola yang profesional dan bermartabat. Dan, dia juga memaparkan programnya jika terpilih sebagai Ketum PSSI.

Pembinaan usia dini, menjadi program jagoannya. Nantinya, pria asal Sumatera Utara tersebut membagi kategori pembinaan usia dini mulai dari usia 15 tahun. Kemudian, Liga Nusantara akan dijadikan kompetisi pemain U-19. Gagasan Edy lainnya adalah menjadikan Divisi Utama sebagai kompetisi pemain usia 23 tahun.

"Saya mau jadi Ketum PSSI. Masa lalu, adalah pengalaman yang harus dievaluasi agar ke depannya lebih baik. Kalau terpilih, saya bakal menjalankan PSSI dengan profesional dan bermartabat," katanya.

Ketika disinggung masalah minimnya stadion sepakbola bertaraf internasional di Indonesia, Edy menjawab dirinya telah memiliki jalan keluar untuk menyelesaikannya.

“Pemerintah yang punya infrastruktur seperti lapangan sepakbola. Jadi, saya akan menghadap Mendagri untuk membuat MoU (Memorandum of Understanding) untuk pembangunan lapangan sepakbola. Setiap provinsi, minimal satu yang sekelas Stadion Gelora Bung Karno,” jelasnya. (***)