MEDAN - Pengamat Budaya Victor Edison Simanjuntak, menilai generasi muda saat ini sudah tidak memiliki rasa cinta budaya. Akibatnya, tingkah laku generasi muda semakin tidak terarah. "Kalau kita menghilangkan budaya kita berarti kita telah menghilangkan identitas kita sebagai bangsa yang sederhana dan beragama. Kalau kita benar-benar memiliki budaya yang luhur, maka niat untuk melakukan korupsi itu juga tidak akan muncul," terangnya ditemui di Medan, Senin (28/8/2016).

Selain itu, lanjut Victor, yang muncul adalah rasa egois dan keakuan. Sehingga budaya yang seharusnya saling menghormati dan saling menghargai sudah berubah menjadi mau menang sendiri, merasa tidak bersalah ketika mengambil hak orang lain.

Dia mencontoh, dalam sebuah acara adat yang dilaksanakan selama ini banyak yang bertele-tele dan membuat generasi muda mudah bosan. Maka diperlukan penyesuaian dan penyempurnaan agar lebih singkat, padat dan berisi, agar makna yang hendak disampaikan tetap bisa diterima dengan baik oleh seluruh masyarakat.

"Kenapa Jepang bisa mempertahankan budayanya? Karena mereka bangga dengan budaya mereka sendiri. Bahkan, untuk mengenalkan budayanya sampai ke Indonesia mereka menggelar berbagai acara," terangnya.

Untuk membangun rasa nasionalisme dan rasa memiliki budaya yang luhur, Victor meminta pemerintah benar-benar serius dalam melestarikan seni budaya kita lewat berbagai event.

"Kita tidak punya tempat khusus untuk menampilkan seni budaya kita dan kita juga sering merasa malu untuk melestarikan budaya luhur kita. Misalnya, bahasa Batak dan aksara Batak, lebih prihatin lagi adalah generasi muda kita sekarang tidak lagi mengerti bahawa Batak, apalagi aksara Batak yang unik itu,".

"Upaya pelestarian buadaya-budaya lokal yang menjadi indentitas bangsa kita harus dilakukan dari sekarang, kalau tidak kita akan kehilangan banyak seni budaya dan kearifan lokal yang pada dasarnya banyak mengajarkan kita tentang kejujuran, rasa memiliki dan rasa saling menghormati," tutupnya.