MEDAN - Salah seorang pengurus Gereja, Niko Pasaribu yang juga  seketaris Gereja Katolik Santo Yosep, menjelaskan kronologis mengenai aksi pelaku teror percobaan bom bunuh diri dan pembunuhan terhadap pastor di dalam gereja saat misa sedang berlangsung. Menurut Niko, kejadian tersebut terjadi sekitar pukul  08.27 WIB, Minggu (28/8/2016) pagi. Ketika itu, pelaku yang menyaru sebagai jemaat masuk ke gereja dan duduk dibangku jemaat, tepatnya pada bagian tengah sebelah kiri dari altar gereja tempat pastor biasa berkotbah.

"Awalnya misa kita mulai pukul 08.00 WIB pagi. Ibadah berjalan dengan baik dan lancar," kata Niko.

Setelah ibadah berjalan sekitar 27 menit, tiba-tiba dari bangku tempat pelaku duduk terdengar suara ledakan kecil, sehingga mengundang perhatian jemaat dan langsung kalut berhamburan keluar gedung. Begitu melihat benda diduga bom yang dibawa pelaku di tas ransel miliknya. Dalam situasi ricuh, tak lama pelaku berdiri dan berlari sambil menggenggam kapak dan pisau ke arah altar tempat Pastor Albert S Pandiangan memberikan khutbah.‎

"Disitu, Pelaku langsung mengejar dan menyerang pastor," ujar Niko.

Ketika pelaku melakukan penyerangan, pastor sempat mengelak tetapi lengan kirinya terkena sabetan senjata tajam pelaku. Kemudian Pastor berlari turun dari altar, namun pelaku terus mengejarnya.

"Beberapa jemaat yang masih ada didalam melihat peristiwa itu, lalu spontan menangkap pelaku dan mengamankannya ke Kantor Stasi, serta kita telepon polisi," jelas Niko.

Selanjutnya sejumlah jemaat mengaku sama sekali tidak menyangka akan terjadinya hal seperti itu, karena selama ini tidak ada ancaman yang pernah diarahkan kepada mereka. Bahkan, jemaat juga mengaku tidak kenal dengan pelaku yang terakhir diketahui bernama Ivan Armadi Hasugian tersebut.