MEDAN – Bagi orang tua yang memiliki balita, diminta untuk segera mendatangi pelayanan kesehatan seperti puskesmas. Sebab, hari ini Sabtu (27/8/2016) merupakan hari terakhir pemberian vaksin campak pada bayi di bawah lima tahun. Sebagaimana yang diketahui, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, pada 15-27 Agustus melangsungkan vaksinasi campak secara nasional di sejumlah kabupaten/kota di tanah air. Dari 183 daerah yang diproyeksikan pemerintah pusat, 17 kabupaten/kota di antaranya berada di Provinsi Sumatera Utara dengan cakupan sebanyak 495.776 balita.

Ke-17 kabupaten/kota tersebut antara lain, Langkat sebanyak 91.758 balita, Binjai sebanyak 22.118 balita, Sergei sebanyak 56.939 balita, Nias sebanyak 17.107 balita, Nias Selatan sebanyak 35.926 balita, Nias Utara sebanyak 15.726 balita, Nias Barat sebanyak 10.036 balita, Gunung Sitoli sebanyak 14.223 balita, Madina sebanyak 45.517 balita,
Tanjung Balai sebanyak 16.714 balita, Padang Lawas sebanyak 31.854 balita, Padang Lawas Utara sebanyak 31.643 balita, Tapsel sebanyak 28.473 balita, Sibolga sebanyak 8.338 balita, Dairi sebanyak 29.521 balita, Humbahas sebanyak 20.851 balita, dan Padang Sidempuan sebanyak 19.032 balita.

Kepala Bidang Penanggulangan Masalah Kesehatan (PMK) Dinas Kesehatan Sumut NG Hikmet melalui Kepala seksi Bimdal Wabah dan Bencana, Suhadi mengatakan, angka ini sesuai dengan data yang ditetapkan oleh Pusdatin (Pusat Data dan Informasi) Kemenkes.

“Jadi, anak-anak yang diimunisasi campak ini berada di usia sembilan hingga 59 bulan atau satu hingga lima tahun," kata Suhadi, Sabtu (27/8/2016).

Menurut Suhadi, ke-17 kabupaten/kota yang terpilih ini sering terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB) campak. Apalagi, di wilayah tersebut persentase cakupannya masih berada dibawah 95%.

"Jadi masih cukup banyak jumlah anak yang tidak kebal pada penyakit campak. Makanya 17 kabupaten/kota ini dipilih, apalagi secara nasional tahun 2020 mendatang Indonesia ditargetkan sudah terbebas dari penyakit campak," jelasnya.

Penyakit campak ini memang tidak bisa menyebabkan kematian. Asalkan, balita tidak mengalami komplikasi diare serta kekurangan gizi. "Angka kematiannya sebetulnya memang rendah. Tapi jika komplikasi, selain dapat menyebabkan kematian juga bisa mengakibatkan kebutaan," imbuhnya.