MEDAN - Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara membantah soal dugaan keracunan yang dialami ratusan siswa dari empat sekolah di Serdang Bedagai setelah mengonsumsi obat azithromycil (pencegah penyakit frambusia). Namun, sebut Kepala Bidang Penanggulangan Masalah Kesehatan (PMK) Dinkes Sumut, dr NG Hikmet, hal ini dikarenakan rasa obatnya yang sangat pahit. “Itu bukan keracunan. Tapi karena rasa obatnya yang sangat pahit, sehingga menyebabkan muntah,” tutur Hikmet, Jumat (26/8/2016) sore.

Menurutnya, di Desa Nagur, Kecamatan Tanjung Beringin, Kabupaten Serdang Bedagai, merupakan wilayah endemis frambusia. Untuk mengatasi hal ini, petugas dari Kementerian Kesehatan dan didampingi petugas dari Dinkes Sumut, turun ke lokasi untuk pemberian obat secara masal.

“Jadi, sebelum pengobatan masal ini dilakukan, kita sudah antisipasi dengan membentuk tim dan melakukan sosialisasi. Tapi karena rasanyapahit, sehingga siswa di sana mengalami mual dan muntah,” ujarnya.

Saat ini, katanya, dr Siswandi (petugas Kemenkes), bersama camat, kepala desa, petugas puskesmas, sudah melakukan sosialisasi. “Kita ingin meluruskan bahwa ini bukan keracunan, tapi karena rasa obatnya yang pahit. Jangan karena dibilang keracunan, gak ada pulak yang mau minum obat ini. Memang di sana endemis frambusia, makanya kemenkes melakukan pengobatan masal,” jelasnya.

Dirinya juga meminta anggotanya untuk turut memantau kondisi di sana. “Saya sudah suruh Rifai (petugas dari Dinkes Sumut) untuk memantau jam per jam. Kalau dibutuhkan, saya suruh agar ke lokasi,” timpalnya.

Hikmet menuturkan, frambusia merupakan penyakit infeksi oleh treponema pertenue yang hanya ditemui di daerah tropis berkelembaban tinggi dan pada masyarakat berkondisi sosio-ekonomi rendah. Penyakit yang sangat menular ini terutama memengaruhi anak-anak dan ditandai dengan gejala awal berupa kumpulan papula kemerahan, terutama pada tangan, kaki, dan wajah. Bila berlanjut, papula akan berkembang menjadi borok dengan dasar bergranulasi dan sendi-sendi akan terasa sakit.