MEDAN - Salah satu agenda dalam Musyawarah Daerah (Musda) DPD Partai Golkar Sumatera Utara (Sumut) 2016 adalah pemilihan mandataris atau ketua umum. Pemilihan ketua umum juga menjadi agenda yang paling ditunggu-tunggu oleh berbagai pihak. Pengamat sekaligus akademisi politik, Shohibul Anshor Siregar menilai persaingan dalam perebutan kursi Ketua Umum DPP Partai Golkar Sumut  akan berjalan dengan alot. Pasalnya, kandidat-kandidat yang bakal bertarung merupakan orang-orang memiliki kapasitas dan ketokohan yang besar.

"Jika disebut-sebut sejumlah nama seperti mantan Ketua DPD Golkar Tingkat I Sumatera Utara Syamsul Arifin, Ketua MPW Pemuda Pancasila Sumatera Utara Kodrat Shah, Bupati Langkat Ngogesa Sitepu, Bupati Tapanuli Selatan Syahrul Martua Pasaribu, Ketua DPD Golkar Tingkat II Kota Medan Syaf Lubis, Fungsionaris dan kader kuat Golkar Rajamin Sirait, Legislator Yasir Ridho Lubis, Hanafiah Harahap, Indra Alamsyah, Sekretaris DPD Golkar Tingkat I Sumut Sodrul Fuad, dan lain-lain, hal itu menunjukkan bahwa Golkar memiliki sejumlah kader dengan kapasitas tokoh publik yang popular, bahkan di luar partainya, sebagai calon potensil mengisi jabatan strategis terpuncak untuk partai berlambang Beringin itu di Sumatera Utara," katanya saat dihubungi GoSumut, Senin (22/8/2016).

Untuk itu, Shohibul mengaku tidak dapat menyebutkan secara pasti, kandidat yang memiliki kesempatan paling besar dalam memenangkan pemilihan ketua umum.

"Saya tak dapat menyebut nama-nama figur yang sangat potensil menduduki jabatan nomor satu Golkar Sumatera Utara, namun partai ini boleh disebut cukup bertabur bintang, baik dari politisi murni, politisi-birokrat maupun pengusaha," ujarnya.

Lebih lanjut Shohibul mengatakan, sosok yang akan memiliki peluang lebih besar untuk memenangkan kursi ketua umum adalah sosok yang mampu bersaing dalam perebutan kursi Gubernur Sumut pada 2018 nanti.

"Jangan lupa, jabatan Gubernur Sumut akan menjadi salah satu tumpuan perhatian untuk direbut oleh Golkar, dan calonnya pun pastilah seseorang yang secara figuritas dianggap sangat mumpuni untuk menjadi orang nomor 1 di Sumatera Utara. Dengan semua pertimbangan itu maka saya melihat ada kemungkinan intervensi dari pusat kekuasaan partai di Jakarta. Karena disamping agenda lokal yang mesti sukses dengan parameter tertentu, agenda nasional juga wajib disukseskan di daerah," jelasnya.