MEDAN - Dalam pidato kenegaraan yang disampaikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Gedung DPR/MPR menjelang Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan ke-71,  dianggap oleh pengamat hanya retorika belaka. Pengamat sosial, Shohibul Anshor Siregar mengatakan, Jokowi menegaskan dalam pidatonya bahwa perbedaan pemerintahannya dengan seluruh pemerintahan terdahulu terletak pada waktu dan situasi.

"Pemerintahannya berada pada kondisi dunia yang mengglobal dengan tantangan yang khas. Melihat fakta hari ini kemiskinan yang begitu massif di tengah pertumbuhan ekonomi yang amat eksklusif, pengangguran yang antara lain menyebabkan banyak warga negara harus keluar negeri untuk menjadi buruh sedangkan di dalam negeri ada serbuan tenaga kerja kasar dari negara asing terutama Tiongkok, dan kesenjangan antar daerah," terangnya kepada GoSumut, Selasa (16/8/2016).

Lebih lanjut Sohibul mengatakan, nada pidato ini sangat apologetik, kurang jujur untuk menyatakan dengan benar bahwa setiap masa ada orangnya dan setiap orang ada masanya dengan segenap tantangan sejarahnya masing-masing.

"Kelihatannya presiden ingin dimaafkan atas kekurangan keberhasilan selama hampir dua tahun memimpin Indonesia," ucap Shohibul.