JAKARTA - Terkait kehebohan soal Dwi Kewarganegaraan Menteri ESDM Archanda Taher yang hangat dibicarakan, ditanggapi serius oleh mantan kepala BIN Hendro Priyono.

"Saya mau menanggapi isu Menteri ESDM Archandra Tahar memiliki paspor ganda yaitu Indonesia dan Amerika yg beredar di medsos dan media online. Saya menghimbau masyarakat untuk tidak terbawa arus kebencian terhadap anak bangsa kita sendiri, Archandra Tahar," ujar Hendro Priyono, Senin (15/08/2016) di Jakarta.

Masih kata Hendro, Archandra terpilih sebagai menteri karena kecerdasannya, karena memiliki prestasi yang gemilang.

"Dia itu aset bangsa kita sendiri yang sangat berharga. Dia orang awak, anak Padang bangsa Indonesia asli. Dia terkenal di AS sebagai seorang genius, yang memiliki 6 hak paten internasional ESDM dari penemuan-penemuan teknis hasil risetnya sendiri di berbagai negara," tukasnya.

Archandra menurutnya, meninggalkan Amerika Serikat dengan gaji milyaran rupiah sebulan. Dia siap dipanggil pulang untuk ikut membangun negerinya sendiri, walau hanya dengan gaji Rp 40 jutaan per bulan. "LIhat prestasi gemilang pemuda ini. Dia pernah menjadi PresDir Petroneering Houston d Texas AS dan berbagai perusahaan internasional dan multinasional. Archandra murid paling brilian kesayangan Ed Horton, si genius dan inventoroffshore technology AS yang terkenal," tegasnya.

Lanjut Hendro, Ed Horton adalah tokoh legendaris dunia di bidang offshore. Arcandra berilmu dan berpengalaman secara teknikal maupun komersial, dalam pengembangan lapangan oil dan gas di offshore.

"Apa kita tidak bangga punya anak bangsa seperti ini? Soal dwikewarganegaraan, Loh emangnya kenapa orang Mempunyai dwikenegaraan, bukan tindak pidana kok. Hanya, jika hal itu diketahui, maka dia harus ditanya mau terus jadi WNI atau tidak? Kan dia sudah pilih jadi WNI, terus apa lagi," tukasnya.

Tidak usah Menteri, semua juga harus pilih, karena Indonesia tidak menganut dwikewarganegaraan Archandra juga dihadapkan pada dua pilihan, memilih paspor yang mana, Indonesia atau Amerika.

"Dia sudah memilih Indonesia, maka paspor AS-nya harus diserahkan kepada pihak pemberi paspor yaitu imigrasi AS. Dulu dengan memegang paspor Amerika Serikat, jadi bisa memiliki akses yang lebih mudah dan lebih luas bergerak dalam bidang riset dan teknologi di berbagai negara di dunia. Maka pengetahuannya luas. Kalau dia tidak merantau dengan cara begitu bisa cuma jadi katak dalam tempurung seperti yg pada clometan di medsos itu," bebernya.

Soal dwikewarganegaraan Archandra menurutnya sudah selesai masalahnya. Archandra adalah orang yang sangat tepat yang dibutuhkan bangsa kita saat ini.

"Yang pada meributkan itu apa lebih pintar dari Archandra? Tong kosong memang nyaring bunyinya. Sudahlah jangan terus menggonggong pemerintah kita sendiri, sehingga anak kandung yang sudah ada di pangkuan kita ini dilepaskan, hanya karena merindukan beruk yang di hutan. Lihat dong orang cerdas seperti Sri Mulyani ketika kita lepas, langsung diambil oleh World Bank. Begitu pula kalau kita melepas Archandra, pasti akan diserobot oleh bangsa lain. Dengan ribut hanya karena urusan sekunder, kita justru bisa dihempas masalah primer yaitu “brain-drained”, kekeringan orang-orang cerdas, karena mereka pada lari bekerja di luar negeri atau dibajak bangsa lain," pungkasnya. (***)