JAKARTA - Jika sebelumnya Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon mengaku setuju rencana kenaikan rokok Rp50 ribu perbungkus, kini orang nomor dua di DKI Jakarta juga menyatakan hal yang sama.

Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat memberikan sinyal dukungan adanya wacana pemerintah pusat menaikkan harga rokok menjadi Rp50.000 perbungkus.

"Wah kalau di naikkan segitu saya setuju, bagus itu. Jadi untuk bisa menekan para perokok yah naikkan saja," kata Djarot seperti yang dikutip Antara, Rabu (10/8/2016).

Menurutnya dengan harga yang tinggi itu dinilai dapat menekan jumlah perokok, terutama perokok usia sekolah dan usia produktif. Tidak hanya menaikkan harga rokok mencapai Rp 50.000 saja, pemerintah juga diminta menaikkan pajak rokok semakin tinggi. Terutama bagi rokok yang banyak penggemarnya.

"Kasih pajak juga yang tinggi. Terutama untuk rokok yang banyak penggemarnya, nggak apa-apa itu," kata Djarot.

Kendati demikian, setiap kebijakan pasti akan memiliki dampak positif dan negatif. Karena dia meminta pemerintah pusat melakukan kajian yang tepat agar mendapatkan solusi terhadap dampak yang akan ditimbulkan. Sehingga tidak merugikan masyarakat, terutama petani tembakau.

"Tapi dampaknya petani tembakau, pekerja di perusahaan rokok. Makanya dihitung betul dampak negatif dan positifnya. Bukan hanya pembatasan area perokok, tetapi juga industri rokok kreteknya," kata Djarot.

Harga rokok di luar negeri sangat mahal, karena di negara-negara besar tersebut tidak ada pabrik rokok. Sedangkan di Indonesia, banyak pabrik rokok yang mempekerjakan ribuan rakyat Indonesia, katanya.

"Di luar negeri sudah mahal banget. Karena dia nggak punya pabrik rokok di sana. Tapi di Indonesia berbeda. Jadi tolong ini dikaji betul secara seksama tentang persoalan ini. Saya secara umum setuju ini diterapkan, karena salah satu penyumbang inflasi di Jakarta adalah rokok. Tapi tolong dikaji betul," kata Djarot. (***)