TORAJA UTARA - Kesan menyeramkan pada sebuah pemakaman di Toraja Utara ini memang jauh dari kata menyeramkan seperti layaknya kuburan atau tempat pemakaman lainya. Di dinding curam sebuah bukit,  nampak peti mati bertumpuk di celah tebingnya.

Namun pemandangan itu justru dijadikan tontonan bagi masyarakat dan wisatawan yang datang ke pemakaman loda Toraja. Disana juga terlihat patung kayu manusia lengkap dengan pakaian berjejer rapi di dinding tebing yang dipahat ibarat jendela sebuah rumah.

Dari penelusuran GoNews.co, Selasa (09/08/2016) siang, tak jauh dari makam gantung ini, tersembunyi sebuah gua makam yang konon usianya sudah mencapai ratusan tahun. Inilah tempat yang telah memukau banyak wisatawan dari berbagai penjuru dunia.

Bahkan kata orang Toraja, Belum ke Toraja jika belum mendatangi Lodah ini. Sudah bukan rahasia bahwa cara masyarakat Tana Toraja (khususnya kaum bangsawan) dalam menguburkan kerabatnya adalah salah satu yang paling unik di dunia. Serangkaian upacara pemakaman adat yang mahal (Rambu Solo) dan makam gua pada tebing-tebing yang tinggi dapat Anda temui di Tana Toraja, Makasar, Sulawesi Selatan.

Menurut salah seorang sumber bernama Anwar, Londa adalah salah satu gua makam paling popular sebagai tujuan wisata di Tana Toraja. "Ini awalnya adalah pemakaman dari berbagai suku yang ada disini, status bangsawan atau pejabat bisa kita lihat dari ukuran makam, makin tinggi tempatnya, maka makin tinggilah status si jenazah tersebut," ujar Anwar kepada GoNews.co di lokasi.

Objek wisata Londa ini tepatnya di Desa Sandan Uai, Kecamatan Sanggalangi. Lokasinya kurang lebih 7 kilometer dari selatan Kota Rantepao, tak jauh juga dari lokasi objek wisata "Negeri di Atas Awan". Lokasi Londa juga mudah dicapai dengan menggunakan kendaraan umum seperti bemo, ojek, mobil atau motor sewaan.

Untuk mencapai lokasi gua makam Londa, Anda harus menuruni sejumlah anak tangga. Dan ingat, untuk masuk kesana anda harus menyewa lampu penerang. Pastikan sebelumnya Anda menyewa lentera petromak dari masyarakat lokal seharga Rp25.000- Rp30.000.

Anda dapat membawa sendiri lentera ini atau meminta seseorang (yang juga berperan sebagai guide) untuk membawanya. Biasanya, tour guide khusus gua makam Londa tidak menentukan tarif, Anda bebas menentukannya.

Dari kejauhan, tampak tebing curam yang dirimbuni hijau pepohonan. Jika mata Anda jeli, Anda mungkin melihat peti jenazah berwarna cerah diselipkan di celah-celah dinding tebing. Di kaki tebing tinggi nan rimbun inilah, tersembunyi sebuah gua alam yang dijadikan makam.

Setibanya di dekat gua, Anda mungkin dengan segera menangkap nuansa mistis. Alam yang masih hijau dan liar serta cuaca pegunungan yang dingin akan juga menyambut setibanya di lokasi.

Di dinding tebing sekitar gua, Anda akan melihat deretan patung kayu (tau-tau) di tebing batu yang dipahat serupa etalase tanpa kaca bagi patung-patung tersebut. Tau-tau adalah kayu yang dipahat semirip mungkin dengan jenazah yang dikubur di sana. Biasanya kayu yang dipilih adalah kayu nangka yang cenderung berwarna kuning, warna yang paling dekat dengan warna kulit manusia. Beberapa tau-tau dibuat dengan memerhatikan detailnya; garis kerut wajah atau kulit leher yang kendur sebab sudah tua dipahat dengan teliti.

Di sekitar barisan tau-tau, tampak peti-peti mati (erong) yang disangga oleh kayu sedemikian rupa hingga peti-peti tersebut aman berada di atas tebing. Rupanya inilah makam gantung yang kerap disebut-sebut orang sebagai daya tarik lain dari Tana Toraja. Peti mati (erong) tersebut adalah peti mati kaum bangsawan atau yang kedudukannya terhormat. Semakin tinggi letak petinya maka semakin tinggi derajat jenazah yang dikubur di sana.

Masyarakat Toraja percaya bahwa orang yang meninggal dapat membawa hartanya ke kehidupan setelah mati. Inilah salah satu alasan mengapa mereka mengubur peti-peti mati di tempat-tempat yang tinggi. Selain untuk melindungi harta yang ikut dikubur, mereka juga percaya bahwa semakin tinggi letak peti mati maka semakin dekat perjalanan roh yang meninggal menuju tempatnya setelah mati (nirwana).

Sebelum memasuki gua, tampak tulang-tulang berserakan. Tulang-tulang tersebut berasal dari peti mati yang jatuh dari tebing tempatnya semula digantung atau karena peti mati sudah hancur dimakan usia. Tengkorak dan tulang-tulang ini dapat saja ditempatkan di peti yang baru, hanya saja untuk melakukan hal tersebut harus pula dilaksanakan upacara adat yang sangat mahal; upacara yang mungkin sama saat peti tersebut pertama kali dikuburkan.

Menurut para Guide tour yang berada di lokasi, upacara pemakaman secara adat bagi jenazah bangsawan Toraja dikenal dengan nama Rambu Solo. "Untuk dapat melaksanakan upacara adat ini, sanak keluarga yang ditinggalkan harus menyembelih sekira 24 hingga 100 ekor kerbau (bagi golongan bangsawan) atau sekira 8 ekor kerbau dan 50 babi (bagi golongan menengah)," tukasnya.

Dan masih menurut sang guide, guna memenuhi syarat tersebut, tak jarang keluarga yang ditinggalkan membutuhkan waktu berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun untuk dapat mengumpulkan semua kebutuhan yang diperlukan dalam melaksanakan sebuah upacara Rambu Solo.

"Selama menunggu upacara tersebut dilaksanakan, jenazah dianggap belum meninggal dengan sempurna (sakit). Makanya warga atau keluarga Disni akan menyimpan jenazah tersebut," bebernya.

Jenazah tersebut nantinya akan disimpan di rumat adat (tongkonan) dan diperlakukan sebagaimana orang yang masih hidup, misalnya dengan memberinya makanan kesukaan, rokok, dan lainnya. Benda-benda tersebut ditaruh di sisi peti jenazah serupa sesajen. Jenazah yang disimpan itu sebelumnya dibalsam agar tidak menimbulkan bau.

Saat Anda menelusuri gua, terdapat lebih banyak lagi tengkorak dan tulang yang berserakan. Di beberapa tempat, tampak pula peti-peti mati yang ditumpuk atau diatur sedemikian rupa. Pengaturan itu disesuaikan dengan garis keturunan atau keluarga. Selain peti mati, terlihat pula pakaian atau rokok yang sengaja ditaruh di sana oleh sanak kerabat jenazah.

Di beberapa bagian gua, ketinggian gua hanya sekira 1 meter, sehingga Anda perlu berjalan membungkuk dan berhati-hati. Kondisi gua yang gelap kemungkinan besar menambah aura mistis gua makam ini.

Namun begitu, perjalanan menelusuri gua makam Londa tentulah merupakan sebuah pengalaman yang tak akan Anda dapatkan di tempat lain. Pastikan Anda tidak memindahkan apalagi berniat untuk mengambil tulang, tengkorak, atau benda lain di area makam, sebab inilah salah satu etika yang hendaknya dituruti saat memasuki lokasi makam leluhur masyarakat Toraja. Satu lagi yang perlu diperhatikan apabila Anda berkunjung ke Londa: Anda wajib memohon izin sebelumnya dengan membawa sirih pinang atau kembang.

Show, anda penasaran? Silahkan berkunjung ke Loda Tana Toraja, Sulawesi Selatan. (***)