JAKARTA - Organizer Tour de Singkarak (TdS) 2016 cukup pintar, mempopulerkan masakan khas nusantara, di ajang balap sepeda internasional, sebelum mereka beradu balap sepeda. Sejak Rabu-Kamis, 3-4 Agustus lalu, mereka disuguhi soto dan sate Padang, yang khas Sumatera Barat.

Dua kuliner lezat itu menjadi santapan pembuka Festival Kuliner Soto serta Sate Nusantara yang ikut meramaikan momentum TdS 2016 ini. “Bagus, sambil promosikan kuliner Indonesia yang enak,” kata Arief Yahya, Menteri Pariwisata RI di Jakarta.

Padang itu dikenal dengan makanan khasnya. Terutama rendang, yang oleh CNN Travel dinobatkan sebagai World’s 50 Best Foods dan dilaunching sejak 21 Juli 2011 itu. Rendang tercatat nomor 11 dari 50 masakan paling heboh di dunia. “Kalau soal kuliner, Padang memang harus diakui, salah satu jagoan kuliner. Rendang sudah membuktikan itu. Tetapi Soto dan Sate Padang juga cukup kuat memberi kesan kuliner enak di Indonesia,” papar Arief Yahya.

Arief Yahya belajar dari Thailand, yang paling sukses berpromosi dengan lidah dan rasa. Restoran Thai sudah merambah lebih dari 6.000 gerai di dunia. Prosesnya cepat, mudah, bisa distandarisasi, instan, dengan bumbu-bumbu yang sama. “Rendang itu tidak mudah membuatnya, juga tidak bisa cepat. Harus melalui proses pemanasan yang lama dan tidak praktis membuatnya. Tapi kalau rasa, rendang memang oke,” kata Arief Yahya yang juga hobi kuliner di daerah-daerah itu.

Semua kuliner lezat tadi langsung disuguhkan kepada peserta TdS yang sudah tiba di Padang. Di Festival Kuliner Soto serta Sate Nusantara 2016, sudah ada 30 booth makanan yang berjejer di sepanjang Jalan Samudera di tepi Pantai Padang. Semuanya diisi masakah khas daerah seperti soto dan sate. "Kami memang sengaja mengangkat festival kuliner di tengah even sport tourism berskala internasional seperti Tour de Singkarak. Dua-duanya saling melengkapi. Promosinya jadi efektif," terang Raseno Arya, Asisten Deputi Bidang Pengembangan Pasar Persona Kemenpar, Rabu (3/8/2016) yang lalu.

Lantas mengapa memilih sate dan soto? Jawabannya simpel. Selain kaya bumbu serta citarasanya yang nendang di lidah, dua kuliner itu telah masuk daftar 30 Ikon Kuliner Tradisional Indonesia (IKTI). Dua-duanya juga bisa dinikmati di segala suasana, mulai sarapan, makan siang sampai makan malam. Dua-duanya mudah dibuat, mudah dimasak, siapa saja bisa asal mau. Sehingga kalau mau dikembangkan ke luar negeri Soto itu bisa menyaingi Tom Yam di restoran-restoran Thailand.

Data 60 persen pengembangan pariwisata Indonesia, bertumpu pada wisata budaya, seperti heritage, wisata kuliner dan belanjar. Sedangkan 35 persen dikembangkan dalam produk nature, atau alam, seperti wisata bahari, wisata ekologi dan wisata petualang. Lima persen lagi bertumpu dalam produk wisata man made, seperti MICE (meetings, incentives, conferences and exhibitions), event olahraga atau sport tourism.

"Kami all out menyiapkan yang terbaik. Lina tahun ke depan, pariwisata harus tumbuh dua kali lipat. Konstribusi sektor pariwisata terhadap PDB nasional harus tumbuh menjadi delapan persen, devisa pariwisata Rp 280 triliun, serta menciptakan 13 juta lapangan kerja," urai Raseno. (*/dnl)