BANDA ACEH - Sesuai dengan visi dan misinya, Gubernur Aceh dr H Zaini Abdullah berharap sektor pariwisata di Aceh akan terus berkembang, bahkan akan menjadi leading sector. Hal ini tidak terlepas dari potensi Aceh sebagai daerah yang kaya dengan pariwisata alam, budaya, dan lainnya. Sejalan dengan menggeliatnya wisata halal di dunia internasional, Pemerintah Aceh mencoba mempertegas posisi saat ini sebagai destinasi wisata halal di Indonesia. Selain memang konsep wisata ini punya peluang bisnis yang prospektif, sekaligus juga menjadi media dakwah untuk memperkenalkan Islam ke seluruh dunia.

“Bagi Aceh, prospek bisnis wisata halal ini sangat menjanjikan. Kita punya potensi, karena semua sendi kehidupan berlandaskan Syariat Islam. Selain itu, juga sekaligus memperkenalkan Syariat Islam yang rahmatanlil’alamin. Mari kita dukung bersama-sama untuk mewujudkannya,” kata Zaini Abdullah.

Wisata halal bukan hanya ditujukan untuk wisatawan muslim, namun juga untuk nonmuslim, karena mereka pun bisa menikmati makanan halal, hotel halal, dan paket wisata halal.

Doto Zaini menyebut ada empat pilar yang harus dibenahi untuk membangun sektor pariwisata, yakni destinasi, pemasaran, industri, dan kelembagaan. Pilar-pilar ini harus digerakkan serentak agar Aceh menjadi destinasi unggulan wisata halal dunia.

Harapan Zaini Abdullah tersebut memang bukan tanpa alasan. Kementerian Pariwisata RI mengakui potensi yang besar Aceh menjadi salah satu destinasi wisata halal di Indonesia. ”Aceh mempunyai ruh sebagai destinasi wisata halal. Jadi, brandingnya kuat. Tinggal dikembangkan. Potensinya berupa wisata religi, alam, dan tsunami,” ujar seorang pembicara dari Kementerian Pariwisata (Kemenpar) RI dalam workshop Pengembangan Destinasi Wisata Halal oleh Kemenpar RI di Hotel Oasis, Banda Aceh, Kamis (24/3/2016).

Hingga 2015, pertumbuhan industry pariwisata halal merupakan pertumbuhan terbesar dibandingkan jenis pariwisata lainnya. Apalagi Indonesia berhasil meraih tiga penghargaan sebagai World’s Best Halal Tourism Destination, World’s Best Halal Honeymoon Destination, dan World’s Best Family Friendly Hotel pada World Halal Travel Awards (WHTA), pada19-21 Oktober 2015 di Uni Emirat Arab (UEA).

Berangkat pada prestasi ini Kementerian Pariwisata RI tahun ini menominasi tiga provinsi di Indonesia untuk percepatan destinasi wisatahalal dunia. Alhamdulillah, Aceh termasuk salah satunya, selain Sumatera Barat dan Nusa Tenggara Barat.

Gubernur Aceh menyebutkan, terpilihnya Aceh pada tahun ini menjadi berkah tersendiri, apalagi Aceh telah lama dikenal sebagai Serambi Mekkah, sehingga mampu memperkuat posisi Aceh sebagai destinasi wisata halal. Di mata Gubernur Zaini, Aceh punya segalanya untuk mengembangkan pariwisata halal. Tinggal lagi adanya semangat dan kerja keras semua pihak terkait.

“Keberadaan beberapa ulama besar, seperti Syekh Abdurrauf, Syamsuddin Assumatrani, Nuruddin Arraniry dan Hamzah Fanshuri yang pernah memberi andil dalam sejarah dan kekayaan seni dan budaya Aceh, tidak hanya memperkuat positioning Aceh sebagai destinasi wisata halal, melainkan Aceh sudah sepatutnya dinominasikan sebagai World’s Best Halal Cultural Destination,” sebut Zaini Abdullah.

Branding Baru The Light of Aceh

BEKERJA  sama dengan pemerintah kabupatan/kota, pariwisata Aceh telah dikemas dalam sebuah branding baru, “The Light of Aceh” atau“Cahaya Aceh”. Ini merefleksikan semangat bagi seluruh masyarakat yang disatukan melalui Syariat Islam yang Rahmatan lil‘alamiin, sebagai cahaya benderang yang mengajak pada nilai-nilai kebaikan, kemakmuran, dan memberikan manfaat serta kebaikan bagi semua pihak.

Menurut Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh Drs Reza Fahlevi, M.Si, mengemas ulang pariwisata Aceh ini sangatlah penting, dengan menyesuaikan pada kekhasan dan kekhususan Aceh sebagai provinsi yang menjalankan syariat Islam. “Ini merupakan strategi kita dalam memasarkan pariwisata Aceh. Dengan branding baru ini, semakin memperjelas positioning kita,” kata Reza Fahlevi.

Dengan adanya positioning, pariwisata Aceh punya citra yang kuat,apalagi jika menonjolkan ciri khas tertentu, yang tidak dimiliki oleh daerah lain.

Dalam jangka pendek, Reza juga berharap Aceh terpilih sebagai World’s Best Halal Cultural Destination. Kompetisi tingkat nasional dimulai pada 9-26 Agustus 2016, sedangkan kompetisi tingkat internasional pada September 2016. Pemilihan destinasi halal ini akan dilakukan melalui pemungutan suara (vote) secara online. Oleh karenanya, Reza berharap adanya dukungan seluruh stake holder, agar prestasi tersebut bisa diraih. 

“Kami mohon dukungan masyarakat dan stake holder terkait, khususnya para komunitas yang terlibat secara aktif di media daring, seperti narablog (blogger), pegiat media sosial dan hobi, serta travelers untuk mempromosikan Aceh, di mana nantinya pemilihan destinasi halal akan dilakukan melalui pemungutan suara (vote) secara online,” tambah Reza.

Tentang Wisata Halal

  1. Di bidang pariwisata, Aceh mempertegas posisinya sebagai destinasi wisata halal di Indonesia.
  2. Wisata dan gaya hidup halal telah menjadi trend global, wisatawan nonmuslim juga dapat menikmati jenis wisata ini.
  3. Sebagai negeri yang semua sendi kehidupan berlandaskan syariat Islam, termasuk pariwisata, Aceh punya branding kuat mewujudkan destinasi wisata halal.
  4. Kementerian Pariwisata RI tahun ini menominasikan Aceh sebagai salah satu destinasi wisata halal dunia.
  5. Sebagai daerah yang punya potensi besar di bidang pariwisata, Pemerintah Aceh menjadikan pariwisata sebagai leading sektor pascaera minyak dan gas, sehingga dapat menggeliatkan roda ekonomi masyarakat. 
Tersedianya Fasilitas Halal

MENGINGAT  wisata dan gaya hidup halal telah menjadi trend global, wisatawan non-muslim juga dapat menikmati jenis wisata ini. Halal produk telah menjadi pilihan hidup masyarakat di dunia, bukan hanya karena mengikuti aturan syariah bagi muslim, namun juga alasan kesehatan bagi nonmuslim.

Ada empat jenis usaha pariwisata akan dipromosikan yang pelaksanaannya mematuhi aturan syariah, seperti hotel halal, sistem makanan  halal, paket wisata halal, amenitas destinasi yang berstandar halal seperti mushalla di objek wisata, serta atraksi wisata yang halal. 

Dengan konsep ini, hotel tidak menyediakan minuman beralkohol, fasilitas spa terpisah untuk pria dan wanita, memiliki sarana ibadah yang bersih, terawat, dan nyaman dengan arah kiblat yang benar. Restoran juga harus menyajikan produk makanan dan minuman yang bersih, higienis, dan bersertifikasi. Pelaku biro perjalanan wisatapun dalam menjalankan usahanya sesuai dengan nilai-nilai syariah, seperti penyediaan paket wisata berbasis Islami.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh, Drs  Reza Fahlevi, M.Si mengatakan, promosi dan publikasi juga akan terus dilakukan untuk memperkenalkan Aceh sebagai  destinasi wisata halal dunia secara masif melalui pelibatan media cetak dan elektronik serta online. Berbagai event budaya nantinya akan menjadi media secara langsung untuk mengenalkan potensi wisata halal.

“Ada banyak kegiatan pariwisata yang kita gelar berkala. Kita berharap event atraksi budaya dan pariwisata bisaterus dipromosikan secara tematik dan profesional melalui pendekatan dan prinsip-prinsip yang Islami,” sebutnya. (adv)