PADANG - Sungguh Ramadan tahun ini menjadi sangat berkesan dan punya kenangan tersendiri bagi Camat Pauh Drs.H.Wardas Tanjung,M.Si. Betapa tidak, ia dipercaya oleh Pemerintah Kota Padang menjadi imam salat tarwih masjid Nurul Iman dimana Presiden Joko Widodo dan rombongan adalah makmumnya, Senin malam (4/7/2016) lalu.

Bagaimana perasaannya kala itu? Inilah pengakuannya.

"Ini adalah penghargaan yang luar biasa dari Pemko Padang kepada saya. Tak banyak kesempatan seperti itu, makanya istimewa sekali," ujar Wardas penuh haru.

Selama lebih 35 tahun dipercaya mengimami salat, namun kali ini luar biasa berat. Ia sempat dicekam kecemasan, takut keseleo lidah atau salah.

"Semua rasa bercampur saat itu. Ada rasa bangga, haru dan cemas," akunya.

"Luar biasa berat beban mental saya," katanya lagi, "kalau sempat keseleo, khilaf atau tersesat bacaan, bisa menimbulkan fitnah di belakang hari, bahkan nama baik Kota Padang dan Sumatera Barat akan ternoda,"tukuknya.

Lalu, siapa betulkah Camat Pauh yang didapuk mengimami salat tarwih yang dimakmumi rombongan presiden ini?

Wardas Tanjung merupakan salah seorang figur pemimpin ideal di Minangkabau. Pada dirinya berpadu unsur tigo tali sapilin (ninik mamak, alim ulama dan cadiak pandai). Sebagai seorang cadiak pandai, ia dipercaya menjadi camat di Pauh sejak 17 Desember 2012 hingga sekarang.

Dalam kiprahnya sebagai camat, Magister Politik Lokal dan Otonomi Daerah ini sukses mengukir prestasi menakjubkan, yakni menjadi camat terbaik dua kali berturut turut di Kota Padang (2014 dan 2015).

Kemudian sebagai seorang ninik mamak, ia adalah tokoh adat yang dikagumi di kampung halamannya, Nagari Limau Manis. Ia adalah Pandito dalam suku Tanjung dengan gelar adat Malin Batuah dan dipercaya menjadi Ketua Kerapatan Adat Nagari Limau Manis (2003 - 2007).

Wardas Tanjung, ayah 4 anak ini juga dikenal sebagai seorang ulama. Ia adalah imam salat yang sangat disenangi jamaah, sehingga sejak tahun 1996 ia dipercaya sebagai imam besar di Masjid Raya Ganting, Padang. Masjid Raya Ganting adalah masjid tertua di Kota Padang dan termasuk cagar budaya, yang arsitektur bangunannya harus dijaga dan dilestarikan.

Wardas mulai diberi kepercayaan menjadi imam salat tarwiholeh gurunya alm Asyaf Malin Sutan, di Masjid Raya Limau Manis tahun 1980, ketika ia masih berumur 20 tahun. Bacaannya yang bagus disertai irama yang indah dan suara merdu, membuat gurunya yakin bahwa suatu saat Wardas akan menjadi imam besar. Namun Wardas tak cepat berpuas diri.

Ia belajar dan terus belajar mendalami tilawatil quran kepada guru-guru di luar kampungnya. Ia pernah belajar dengan KH.Azra'i Abdul Rauf dan berlanjut belajar dengan Dr. H.M.Rafles, H.Rusydi Kinan LC, kemudian Drs.M.Nasir Sikumbang, Dra.Hj.Zainar Taher dan terakhir belajar nagham dengan Drs.H. Suhardi A. H.Rafles dan H.Suhardi A kemudian tercatat sebagai juara MTQ Internasional di Kuala Lumpur dan India.

Bermodal semangat dan kesungguhan belajar itulah, kemudian Wardas mengukir prestasi gemilang sebagai juara I MTQ se Asia Tenggara yang diikuti oleh para wartawan dari 10 negara ASEAN yang berlangsung di Pekanbaru, Riau, tahun 1995.

Mengapa MTQ wartawan?

Rupanya Wardas Tanjung adalah juga seorang jurnalis. Ketika masih kuliah di jurusan Sosiologi Unand, ia sudah berkiprah sebagai seorang wartawan di Harian Umum Singgalang. Mulanya sebagai penulis artikel, kemudian direkrut menjadi wartawan lepas, kemudian diangkat sebagai wartawan yang karyawan dengan jabatan terakhir sebagai Redaktur.

Di dunia jurnalistik ini Wardas juga pernah mengukir prestasi membanggakan, yaitu sebagai penulis berita terbaik tingkat nasional, sehingga Harian Singgalang memperoleh piala Kalam Kencana, tahun 1990.

Wardas Tanjung tak sempat lagi meneruskan karirnya di jurnalistik sejak 2007, saat ia bertugas sebagai Kasubag Pendidikan dan Kebudayaan pada Bagian Kesra Sekretariat Daerah Kota Padang. "Di situ saya sibuk sekali, jadi tidak punya waktu lagi menulis," katanya.

Menurut PNS yang juga pernah menjabat Kepala Bagian Humas Sekretariat DPRD Padang ini, dari pengalamannya yang sudah lebih 35 tahun menjadi imam, inilah beban paling berat yang pernah ia rasakan. Hanya karena dibimbing Allah SWT semua bisa dilalui dengan baik.

Nyatanya, sejak salat Isya sampai selesai salat tarwih dan witir, semuanya berjalan lancar. "Alhamdulillah, saya bersyukur kepada Allah, karena semuanya dapat terlaksana dengan baik, lancar dan sukses. Allah SWT telah membimbing saya," ucap Wardas.

Selesai salat tarwih, Presiden Joko Widodo pun menyalaminya. Tak lama kemudian protokoler kepresidenan menghampirinya sembari meminta alamat, lengkap dengan nomor HP.

Apakah setelah ini Wardas akan diundang ke istana oleh Presiden Jokowi, camat terbaik kota Padang ini hanya berdiplomasi, "Waah, ndak tau juga, kita lihat saja nanti," pungkasnya. (KABA PADANG/Tim Humas/Raksum/DU)