BIREUEN - Menyikapi persoalan pemecatan dua siswa berprestasi di MAN Bireuen, Anggota Komisi E DPRK Bireuen yang membidangi Pendidikan, Muchlis R,  mengecam keputusan  dan sikap Kepala MAN Bireuen tersebut.

Menurut Muchlis R, politisi PAN kepada GoAceh, Sabtu (9/7/2016), keputusan dan sikap yang diambil kepala sekolah dan dewan guru MAN dalam menyikapi masalah itu terkesan otoriter, belum mendidik, dan tidak bijaksana. 

Dalam hal ini, kepala sekolah dan dewan guru, tambahnya, harus lebih mengedepankan cara-cara persuasif, melakukan dialog dan musyawarah dengan siswa agar dapat menyelesaikan permasalahan kedua siswa tersebut. Lebih lagi, katanya, kedua siswa tersebut hanya meminta transparansi penggunaan dana BOS di sekolahnya. 

“Bila alasan kepala sekolah menyuruh kedua siswa tersebut untuk membuat pernyataan keluar dari sekolah hanya gara-gara hal itu, tentu sangat aneh dan tendensius bagi seorang kepala sekolah,” katanya. 

Menyahuti hal ini, ia berharap Kepala Kantor Kemenag Bireuen untuk segara menyelesaikan masalah ini secepatnya, sehingga dunia pendidkan, kususnya di MAN Bireuen akan lebih baik. 

Seperti diberitakan sebelumnya, gara-gara menanyakan dana kelas unggul dan dana BOS, dua siswa berprestasi di MAN Bireuen dipaksa mundur dari siswa sekolahnya. Kedua siswa tersebut, MY dan MA merupakan siswa kelas XII IPA unggul dan kelas XII IPS. 

Kepada sejumlah awak media, Sabtu (9/7/2016) keduanya mengakui dipecat dari MAN Bireuen setelah mempertanyakan penggunaan dana kelas unggul dan transparansi dana BOS. “Persoalan ini diketahui waktu masuk puasa, nama kami sudah tidak dipanggil lagi oleh wali kelas. Saat saya pertanyakan mengapa tidak ada lagi nama kami, malah disuruh buat surat keluar atas kehendak sendiri,” kata MY. 

MY menolak memenuhi permintaan dari wali kelasnya. “Saya tidak mau buat surat seperti itu, sebab menurut saya tindakan mempertanyakan dana sekolah merupakan sikap yang benar walaupun posisi saya hanya siswa dan Wakil Ketua OSIM,” ujar MY. 

Tindakan sekolah mengeluarkan dirinya secara sepihak dari sekolah dinilai sangat bertentangan dengan tujuan dari pendidikan itu sendiri, yakni mencerdaskan anak bangsa. ”Semestinya suara kami yang harus didengar, bukan sebaliknya memaksa kami untuk membuat surat permohonan keluar dari sekolah. Saya tidak mau keluar karena MAN Bireuen tempat saya menuntut ilmu dan di sekolah itu,  saya juga telah berhasil mendulang sejumlah prestasi,” sebutnya. 

Semestinya, tambah MY yang didampingi temannya yang lain, bila mereka keliru dalam bersikap, pihak sekolah menegurnya. ”Bukan malah dipecat sepihak. Saya berharap ada pihak yang berwenang turun tangan menyelesaikan masalah ini sehingga saya dapat belajar kembali di MAN Bireuen itu,” sesalnya.