PADANG LAWAS - Makin mendekati Lebaran, harga tandan buah segar (TBS) sawit makin turun. Di tingkat petani di Kabupaten Padang Lawas (Palas) harganya antara Rp 1.100 hingga Rp 1.150 per kilogram.

Padahal, sebaliknya, menjelang Lebaran, harga semua kebutuhan merangkak naik. Tidak hanya harga pangan, tapi juga sandang atau pakaian. Tentu, kebutuhan itu tidak boleh tidak, harus dibeli.

"Tadi di lapangan harga jual sawit kami sebesar Rp1.150 perkilo. Kalau di peron harganya Rp1.380-an perkilonya. Turun terus harganya minggu ini," kata Panaekan, seorang warga kepada GoSumut, Rabu (22/6).

Di samping itu, dikatakannya, hasil panen juga turun. Belum lagi, menjelang lebaran ini, tingkat kemalingan juga tinggi. Kadang-kadang, sawit yang sudah merah di pokoknya, besoknya saat akan dipanen sudah hilang.

Diceritakannya, dari seluas 3 hektare kebun sawitnya, ia hanya mendapat hasil panen sebanyak 1 ton saja perdua minggu. Padahal biasanya kalau normal, panen sawit bisa dapat 2 ton setiap kali putaran panen.

"Memang, rotasi pemupukan kebun sawit kami yang berumur 8 tahun itu, setiap 6 bulan sekali," ungkapnya.

Diakuinya, untuk mendapatkan hasil produksi TBS sawit yang baik dan standard, seharusnya rotasi pemupukannya minimal 3 bulan sekali, sehingga hasil panennya juga lumayan memuaskan. Tapi, hal itu tidak bisa dilakukannya dalam hal pemupukan sawitnya tiap 3 bulan sekali, karena hasil penjualan dari kebun sawit juga untuk kebutuhan makan.

"Apalagi di sini, kami kadang bisa dapat pupuk subsidi, tapi kadang tidak dapat. Kalau musim trek begini, sawit dipupuk sekedarnya aja. Apalagi saat ini udah dekat lebaran, hasil panen sawit ya untuk keperluan lebaran, mupuk sawitnya ditunda dulu selesai lebaran. Maunya harga jual sawit di tingkat petani ini tetap stabil di harga Rp1.500 perkilonya," ujarnya.

"Diperparah pula karena ada maling. Sudah pasti, kalau dimaling, ya hasilnya untuk kita berkurang," tambahnya.

Padahal, sebelumnya, sudah pernah mencapai Rp 1.710 per kilogram. Dan beberapa waktu lalu, harganya masih fluktuatif alias naik turun. Belakangan, harganya terus turun dan tidak bertahan lagi.

Ada kekhawatiran petani, harga ini akan terus turun dan berlanjut lagi setelah lebaran. Sebab, pengalaman tahun lalu, turunnya harga sawit persis menjelang lebaran dan tidak kunjung naik lagi. Hingga, kondisi paling sulitnya waktu itu, harga sawit sempat mencapai Rp 450 per kilogram.

"Mudah-mudahan, turunnya tidak terlalu jauh ya. Mudah-mudahan juga, harga cepat stabil lagi setelah lebaran," tambah Iwan, petani lain. ***