KUALASIMPANG - Aziz, (19), salah seorang remaja korban pasung orang tuanya, kesehariannya hanya mampu termangu di sudut dinding bilik kayu pengap berukuran 2x2 meter.

Dia adalah anak cerdas di sekolah, namun sembilan tahun silam ketika di sekolah, dia diduga mendapat perlakuan kasar di sekolahnya, tak tahu pasti apa penyebabnya. Akhirnya Aziz menjadi anak pemurung dan malas bicara.

Secara perlahan Aziz menjauh dari peradaban lingkungan tempat ia dilahirkan dan dibesarkan. Secara pelahan, lambat laun komunikasi antara dirinya dan orang tua, saudara serta temannya pun terputus.

Demikian diungkapkan dokter teladan se-Indonesia yang belum lama ini pernah menjabat sebagai Direktur RSUD Aceh Tamiang, Lia Imelda Siregar kepada sejumlah wartawan di Karang Baru, Kabupaten Aceh Tamiang belum lama ini.

Lia mengatakan, selama semblilan hari dirinya berada di sebuah desa di Kabupaten Aceh Utara untuk menangani secara intensif trauma healing (tindakan menghilangkan gangguan psikologis) atas diri Aziz.

"Keluarga Aziz, ada perasaan malu dan pasrah pada keadaan yang memojokkan dirinya dari lingkungan. Saat keluar dia (Aziz) kerap mendapat perlakuan tak baik, dikata-katain, "Aziz ka pungoe" artinya, Aziz sudah gila," ungkap Lia.

Akhirnya sambung Lia Imelda, kedua orang tua Aziz memutuskan untuk memasung dirinya dengan rantai sepanjang 2,5 meter yang ujung-ujungnya dibuat layaknya seperti borgol lengkap dengan gembok mengikat kuat di kaki kirinya di sebuah kamar kecil.

"Nama desa dan kecamatan tempat tinggal Azis sengaja dirahasiakan, demi untuk proses penyembuhan. Supaya tidak ada orang yang dianggap asing bagi Azis ada datang melihatnya, mengingat rasa traumaticnya masih tinggi," jelas Lia lagi.

Sambung Lia, masih ada sejuta Aziz yang menginginkan perlakuan secara psikis, anak pintar yang down akibat perlakuan lingkungan hingga menjurus ke depresi berat. Dan, dia ikhlas membantu menyembuhkan Aziz tanpa pamrih.