DURI - Nama si Puntung yang petarung hebat ini tidak pernah hilang dari ingatan orang Duri, Kabupaten Bengkalis, Riau. Bahkan saat ia telah tiada pun, orang Duri juga masih menyebut-nyebut namanya. Bahkan yang pernah mengabadikan foto si Puntung akhir-akhir ini mempublish foto si Puntung yang diambil 2008 lalu. Sang petarung hebat ini adalah seekor gajah liar yang pernah hidup di Kantong gajah Balairaja sejak 50 tahun silam. Hari ini (16/6/2016) genap 4 tahun kematiannya.

Bangkainya ditemukan warga di Dusun Belading, Desa Petani, Kecamatan Mandau, Kabupaten Bengkalis pada 16 Juni 2012. Dengan kondisi yang menggenaskan, badan membengkak, gading yang hanya 1 juga hilang terpotong.

https://www.goriau.com/assets/imgbank/16062016/puntung2jp-4782.jpg

Semasa hidupnya, si Puntung gajah tunggal dengan ciri fisik tinggi mencapai 4 meter, berat badan mencapai 5 ton lebih, ekor yang buntung dan memiliki gading yang hanya sebelah kanan ini juga memiliki lawan hebat yang namanya si Bongkok. Saat musim kawin, mereka berdua kerap bertarung untuk mendapatkan betina.

Si Puntung ini disebut-sebut sebagai kepala suku dari kawanan gajah liar di kantong gajah Balairaja. Namun dalam riwayat hidupnya, hewan berbelalai ini belum sekalipun terdengar menyakiti manusia. Meskipun daerah jelajahnya itu melewati pemukiman warga Desa Balai Makam, Desa Petani, Kelurahan Air Jamban, Kelurahan Pematang Pudu, Balairaja dan Desa Pinggir.

"Kita sedih saat tahu si Puntung sudah mati. Dulu itu kalau dia datang, memang saya suruh makan pisang di ladang saya. Tapi saya pesan dengan dia untuk tidak menghabiskan isi ladang saya. Dan hebatnya dia mengerti bahasa kita, 3 pokok saja yang dimakan lalu dia pergi," kata Zuljasri kepada GoRiau.com warga Desa Simpang Padang yang merupakan Desa pemekaran dari Desa Balai Makam.

https://www.goriau.com/assets/imgbank/16062016/puntung3jp-4781.jpg

Bagi masyarakat yang tinggal di komplek Chevron Duri, kehadiran si Puntung dan rombongan gajah lainnya sangat di nanti. Mereka serasa berada di kebun binatang dan tidak lupa untuk mengabadikan foto dengan berlatar belakang gajah liar. Bahkan warga juga sengaja menanam tumbuhan palawija dipekarangan samping dan belakang rumahnya, untuk menjamu si Puntung dan kawan-kawannya saat bertamu.

Menurut cerita dari Tim Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau di Duri, Nanang, saat si Puntung ini mati, hampir selama 3 hari bankainya tidak bisa di dekati. Sebab, rombongan gajah liar lainnya masih datang silih berganti melihat bangkainya yang sudah terbujur kaku.

"Saat kita dapat informasi ada gajah mati di Dusun Belading, tim tidak bisa langsung mendekati lokasi. Karena kawanan gajah liar seperti datang memberikan penghormatan terakhir kepada kepala suku mereka yang tewas karena keracunan. Sampai benar-benar situasi aman, baru tim mendekati lokasi dan melihat bangkai si Puntung sudah penuh belatung," kata Nanang kepada GoRiau.com mengingat kejadian 4 tahun silam.

https://www.goriau.com/assets/imgbank/16062016/puntung4jp-4780.jpg

Bahkan, lanjutnya, tulang belulang si Puntung ini masih istimewa dimata masyarakat. Bahkan ada masyarakat yang menyebut tulang si Puntung ini keramat. Hal itu dibuktikan dengan hilangnya tulang-tulang si Puntung yang di kubur tepat dimana bangkainya ditemukan. Yang tertinggal hanya tengkorak kepalanya dengan bobot 100 kg.

"Setelah beberapa bulan, tim turun lagi ke lokasi si Puntung dikubur, yang tertinggal hanya tengkorak kepalanya. Mungkin ga sanggup orang membawanya karena berat. Tulang anggota tubuh lainnya sudah hilang. Kata warga yang kita jumpai, tulang si Puntung keramat," tambah Nanang seraya mengatakan kini tengkorak kepala si Puntung sudah di simpan di Balai. ***