JAKARTA- Pengamat Pemasaran Hermawan Kerjajaya menilai langkah Presiden Joko Widodo cerdas dan pas waktunya. Ketika ekonomi global sedang bergerak seret, melambat, orang nomor satu di tanah air itu langsung switch dengan cepat, menempatkan sector pariwisata sebagai prioritas. "Ini langkah strategis, yang sangat jitu," kata pendiri MarkPlus yang lahir di Surabaya, Jawa Timur, 18 November 1947 itu.

Dia menyebut, Presiden Jokowi sangat paham pada saat ekonomi global kurang kondusif sekarang ini dibutuhkan terobosan pintar. Ekonomi dunia benar-benar lagi drop, di mana-mana, dan Tiongkok tidak membeli hasil tambang Indonesia termasuk kelapa sawit (CPO). Eropa sendiri melambat. Amerika sedang berjuang melawan keterpurukan ekonomi.

"Presiden Jokowi sangat cerdas, tahu bahwa pariwisata itu penting di tengah situasi dan kondisi ekonomi saat ini. Bahkan dua tahun ini presiden memasukkan pariwisata di sektor strategis. Ini keputusan pintar dari pemimpin bangsa. Karena sebelum-sebelumnya pariwisata tidak pernah masuk ke dalam sector strategis," ujar pria berumur 68 tahun itu.

Hermawan yang kini menjabat sebagai Presiden World Marketing Association itu mengatakan, dia juga sangat mengapresiasi pemerintah karena lebih fokus kepada pariwisata. "Dulu pariwisata digabung dengan kebudayaan, telekomunikasi dan ekonomi kreatif. Namun kali ini fokus hanya pariwisata," ujar pria yang pernah dinobatkan sebagai 50 Gurus Who Have Shaped The Future of Marketing oleh The Chartered Institute of Marketing yang berkedudukan di Inggris itu.

Hermawan juga menyebut, Presiden Jokowi beruntung punya menteri seperti Dr Ir Arief Yahya MSc. Pekerja keras, cepat, professional dan fighter. Dia itu komplit, punya basic teori yang kuat, terutama marketing dan business strategy, juga kuat di implementasi atas konsep-konsep yang dia yakini. Ini termasuk CEO langka, memiliki balance antara teori dan praktis. Dan itu terbukti, atmosfer dan iklim pariwisata saat ini sedang dalam situasi sangat kondusif dan convenience.

Terobosan baru dengan membangun 10 Bali Baru itu, kata Hermawan Kartajaya sebagai langkah top, dan layak diberi jempol dua. "Presiden Jokowi berani memunculkan 10 destinasi baru selain Bali, ini luar biasa cerdas. Kemenpar memperkenalkan Bali-Bali baru yang nantinya itu bisa membuat angka peningkatan pengunjung ke tanah air signifikan, tentunya tidak mudah mencapai target 20 juta di 2019, siapapun menterinya. Naik 100 persen dalam 5 tahun, itu sulit diterima nalar. Tapi, dengan Menteri ini, optimism itu tumbuh dan terasa atmosfernya," tukasnya.

Terobosan yang paling terasa yang dilakukan Presiden Jokowi dan menterinya adalah deregulasi soal Bebas Visa Kunjungan ke Indonesia. "Lagi-lagi saya harus jujur menyebut, bahwa ini terobosan cerdas Presiden Jokowi. Tidak mudah melawan polemic yang terjadi akibat BVK itu, tapi semua bisa dijelaskan oleh Menteri Arief Yahya dengan data-data yang konkret. Pariwisata makin bergairah,”ujar Hermawan yang juga seorang traveler dan penulis di media itu.

Dan yang paling keren lagi, masih kata Hermawan, branding nasional Pesona Indonesia dan Wonderful Indonesia semakin mencolok di mata dunia. "Naik drastis, dari tidak punya ranking, menerobos hingga peringkat 47 dunia. Image bahwa Indonesia pariwisatanya hanya Bali kini mulai berubah. Indonesia di mata dunia kini luas dan banyak destinasi. Indonesia juga mengalahkan branding Malaysia dan Thailand yang hanya duduk di peringkat 83 dan 94 dunia. Saya yakin, ini adalah hasil terobosan Presiden Jokowi dan Menpar Arief Yahya,” ujarnya.

Hermawan pernah mengenyam Pendidikan Tinggi di Teknik Elektro Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Pada tahun 2010, ITS Surabaya menganugerahkan Doctor Honoris Causa, pertama sepanjang sejarah, kepada Hermawan Kartajaya untuk pencapaian ilmu pemasaran dunia.

Kartajaya aktif menulis buku-buku seputar dunia pemasaran. Kartajaya merupakan orang Indonesia pertama yang memasuki ranah pemasaran internasional dengan model yang ia buat sendiri. Ia adalah seroang yang unik kombinasi dari orang yang memiliki pemikiran akan konsep bisnis strategis dalam bidang marketing dan seorang praktisi. Hermawan yang juga founder dan President MarkPlus itu selalu mengatakan bahwa jika ingin membangun brand yang kuat perusahaan tidak boleh hanya mengandalkan iklan. Perusahaan harus melakukan sesuatu yang mengena di benak konsumen, tidak sekadar menjual tetapi memiliki implikasi jangka panjang. (*/dnl)