PEKANBARU - Kisah seorang polisi Bhabinkamtibmas Polsek Simpang Gaung, Kabupaten Inhil Provinsi Riau ini patut diacungi jempol. Kenapa tidak, selain menjadi pelindung dan pengayom masyarakat, polisi berpangkat Bripka ini juga hadir sebagai pengajar suka rela bagi masyarakat kampung yang kebanyakan buta aksara. Namanya Suryawan Fadlin. Ia bertugas jauh dipelosok Kabupaten Inhil, tepatnya di Desa Kuala Gaung. Dibutuhkan waktu delapan jam perjalanan via darat dari pusat Kota Pekanbaru, ditambah perjalanan 3,5 jam lagi menggunakan sampan atau boat agar sampai di kampung itu. Di sana bahkan tidak ada mobil.

Kisah Bripka Suryawan ini cukup membuat orang terenyuh. Ia berkeliling kampung dengan berjalan kaki untuk mendatangi rumah warga demi mengajarkan baca tulis. Sebab, banyak diantara mereka yang sampai kini masih buta aksara. Bermodalkan dengkul dan tekad besar, polisi tersebut sudah melakoni tugas mulia sebagai pengajar sejak satu tahun belakangan.

"Awalnya cukup berat. Masyarakat takut melihat saya datang pakai seragam polisi, bahkan menangis. Saya sampai minta ijin ke atasan untuk pakai baju biasa. Dari rumah ke rumah saya tawari masyarakat untuk belajar. Banyak juga yang awalnya nggak mau," buka Suryawan kepada GoRiau.com, Rabu (15/6/2016) sore.

Seiring berjalannya waktu, diakui Suryawan dirinya kini sudah punya 13 orang murid. "Karena semakin ramai dan tidak ada lokal (kelas), saya kumpulkan warga tersebut di pos Bhabinkamtibmas. Jadi satu tempat bisa mengajar semuanya. Tidak susah lagi mendatangi satu-satu," kisahnya.

"Usianya beragam, ada yang umur 15 tahun sampai umur 50 tahun. Kalau dilihat, penyebab mereka tidak bisa baca tulis karena sekolah bukan prioritas, di sini bekerja lebih utama. Hal itu yang kita coba bantu agar lebih bermanfaat jika bisa membaca dan menulis. Semuanya gratis dan tidak dipungut bayaran," yakin dia.

Dengan peralatan seadanya dan walau tanpa kelas, Suryawan setidaknya membuka harapan baru di kampung ini tentang arti penting pendidikan. Dia pun ikhlas menjalani itu semua disela-sela tugas pokoknya menjadi polisi. Tak jarang pula ia harus meluangkan waktu sedikit lebih banyak untuk warga yang ingin belajar lebih dalam, termasuk malam hari.

Tak jarang pula Suryawan merogoh kocek sendiri untuk membeli peralatan belajar mengajar. Meski demikian, upaya polisi ini nyatanya mendapat dukungan penuh dari keluarga. "Ikhlas. Mereka (warga) adalah teman dan keluarga saya. Mudah-mudahan bermanfaat meski tidak begitu maksimal. Keluarga saya juga sangat mendukung," ucapnya.

Bukan ingin pamer atau mengharap pujian, niat tulus Suryawan pun akhirnya menyebar luas dengan sendirinya. Kapolres Inhil, AKBP Hadi Wicaksono yang mengetahui loyalitas anak buahnya pun dibuat terenyuh. "Saya malah tahunya dari anggota. Coba di cek ternyata memang benar," kata dia menanggapi.

"Ini sebagai bentuk pengabdian polisi kepada masyarakat. Apa pun yang bisa kita lakukan untuk kebaikan, sekecil apa pun pasti akan sangat bermanfaat. Di situ peran fungsi Polri sebagai pelindung, pengayom dan pelayan bagi masyarakat. Mudah-mudahan dapat dicontoh bagi yang lain, termasuk saya sendiri," jawabnya kepada GoRiau.com.

Diceritakan AKBP Hadi, awal diketahuinya banyak warga desa yang tidak bisa baca tulis bermula saat Polda Riau gencar menyebarkan maklumat terkait pelarangan membakar lahan. Maklumat itu juga disebar sampai ke Desa Kuala Gaung. Namun karena tidak bisa baca, warga justru kebingungan untuk mengetahui apa isinya.

"Itu pegang lembaran maklumatnya sampai kebalik-balik. Dari sana anggota kita (Suryawan) sadar, ternyata masih ada warga desa yang buta aksara. Sampai akhirnya dia niat mengajar baca tulis. Kita syukuri, karena dengan bisa membaca, ilmu pengetahuan dan informasi akan terbuka lebih luas dan bisa lebih maju," singkatnya. ***